Selasa, 21 Oktober 2014

Selasa, Oktober 21, 2014
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah  Puji tasyakur kita terucap karena segala anugrah yang telah di limpahkan kepada kita semua sebagai hamba yang dla’if  yang tidak lain hanya mampu untuk mengharapkan berkah kehidupan beserta maghfirah ampuna-Nya atas segala kesalahan-kesalahan yang telah kita lakukan. Penuh harapan kemanfaatan kajian-kajian yang akan berusaha kami rancang sesuai dengan susunan tugas-tugas yang telah di berikan merupakan hal kewajiban yang tidak mungkin untuk kami tinggalkan, mudah-mudahan dengan adanya hal ini kami dapat mengambil hikmah dan barokah ilmunya serta bermanfaat bagi kita semua dengan tiada hal yang harus disia-siakanya, amin.
Rembang, 1 Oktober 2014

Penulis












BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar belakang
Islam datang adalah sebagai rahmatal lil “alamin (sebagai rahmat bagi alam semesta), dan diantara rahmat yang dibawa oleh Islam adalah mengangkat harkat dan martabat kaum hawa, yang sebelumnya sangat direndahkan dengan serendah-rendahnya. Bagaimana tidak?, kaum hawa pada saat itu hanyalah dianggap sebagai pemuas nafsu para kaum adam saja, atau sebagai pelengkap hidup, sehingga keberadaanya tidak jarang dianggap sebagai beban hidup, oleh karenanya tidak sedikit para orang tua, utamanya kaum laki-laki yang tidak menginginkan kehadiranya ditengah-tengah kehidupanya, banyak riwayat di masa sebelum datangnya Islam (masa jahiliyah) yang mengisahkan tentang seorang orang tua, dengan keji membunuh anak kandungnya sendiri dengan menguburnya hidup-hidup, hal ini sebuah potret betapa kehadiran mereka sangat tidak diinginkan dan keberadaanya dianggap tidaklah lebih mulia dari hewan serta mendudukkan harkat martabat mereka dengan serendah-rendahnya.
Oleh karena itu pendidikan yang baik pada seorang wanita adalah sebuah keharusan, karena ditangan merekalah baik dan tidaknya sebuah generasi bangsa.
B.     Rumusan masalah
a.         adakah dalil yang menunjukkan hak didik wanita?
b.         bagaimana hukum wanita menurut persektif agama di dalam pendidikan?
           





BAB II
PEMBAHASAN
1.      Konsep Pendidikan Perempuan dalam Islam
Islam menjunjung tinggi persamaan hak antar sesama manusia, dimata  Islam semua hamba Allah SWT adalah sama, tidak ada dikotomi ras, jenis, golongan, bangsa dan lain sebagainya, mereka semua sederajat, hanyalah taqwa yang membedakan mereka disisi Al Khaliq, hal ini ditegaskan dalam Al-Qur’an, surah Al Hujurarat, 49:13 :
Artinya : “ Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”.
Oleh karena itu dalam hal pendidikan, dalam kacamata Islam tidak ada diskriminasi antara laki-laki dan perempuan, mereka semua mendapat kewajiban dan hak yang sama dalam menuntut ilmu, bahkan kaum hawa dalam hal ini mendapatkan prioritas tersendiri dari syari’at, karena merekalah tempat pendidikan pertama sebelum pendidikan yang lain diperoleh oleh seorang anak, maka tidak salah bila dikatakan bahwa;
الأم مدرسة الأولى
Artinya : ibu itu adalah sekolah yang pertama.
Ada beberapa konsep yang dapat kami angkat dalam makalah ini sebagai materi pembahasan, terutama terkait dengan pendidikan bagi perempuan yang sudah tentu merujuk kepada konsep yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW.




Sebuah hadits Nabi SAW yaitu ;
 (رواه أحمد والنسائي وابن ماجه والحاكم عن معاوية بن جاهمة السلمي ) الجنة تحت أقدام الأمهات
Artinya : Surga itu dibawah telapak kaki ibu. (HR. Ahmad, Nasa’I, Ibnu Majah, Hakim dari Mu’awiyah bin Jahimah al salami).[1]
a.        Makna Mufrodat
الجنة                     : surga
الأقدام                    : telapak , bentuk jama’ dari   قدم
الأمهات                 : Ibu, bentuk jama’ muannas dari  ام
Hadits diatas, tidaklah menunjukan ma’na sebenarnya atau dalam Ilmu Balaghoh disebut dengan ma’na haqiqat akan tetapi hadits itu menunjukan ma’na majaz (kiasan). Dalam Kitab Takhrij yaitu Kasyful Khafa’ juz 1 hal 335, dijelaskan bahwa makna hadits diatas adalah sebagai berikut:

والمعنى أن التواضع للأمهات وإطاعتهن في خدمتهن وعدم مخالفتهن إلا فيما حظره الشرع سبب لدخول الجنة

Artinya : Dan adapun makna (hadits tersebut) adalah: bahwa sesungguhnya bersikap rendah hati kepada ibu dan taat dalam berbakti padanya serta tidak durhaka padanya dalam hal-hal yang telah diperingatkan oleh syari’at adalah salah satu sebab untuk masuk kesurga.[2]
b.      Asbabul Wurud
Hadits diatas dilatar belakangi oleh sebuah riwayat, bahwa salah seorang sahabat Nabi SAW. yaitu Jahimah datang kepada Nabi SAW, beliau bertanya pada Nabi Ya Rasulallah aku ingin berperang dan aku memohon petunjuk kepadamu, Rasulullah SAW. bertanya ” apakah engkau masih mempunyai ibu?, Jahimah menjawab’ Ya “, Rasulullah SAW. bersabda, ” tetaplah bersamanya karena sesungguhnya surga berada dibawah kedua kakinya”.

2.      Hak dan Kewajiban Perempuan  dalam Belajar
Kebaikan dan keburukan sebuah bangsa adalah sangat tergantung pada generasinya, sedangkan baik dan buruknya sebuah generasi adalah sangat tergantung dengan baik dan buruknya seorang ibu (wanita) maka, pendidikan kejiwaan dan karakter bagi wanita agar menjadi seorang ibu yang bijaksana, cerdas dan mampu memberikan pendidikan yang baik bagi seorang anak adalah sebuah keniscayaan.
Nabi Saw. bersabda; “Mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap laki-laki dan perempuan, tuntutlah ilmu  mulai dari buaian hingga ke liang lahat.”[3]
Para perempuan di zaman Nabi Saw. menyadari atas kewajibannnya  belajar sehingga mereka memohon kepada Nabi agar beliau mau menyisihkan waktu khusus untuk mereka dalam menuntut ilmu pengetahuan. Permohonan ini tentu saja dikabulkan oleh Nabi Saw.
Al-Qur’an memberikan ulu al-albab[4]. ulu al-albab  tidak terbatas pada lelaki saja, tetapi juga kaum perempuan. Hal ini terbukti telah terbukti dari ayat yang berbicara tentang ulu al-albab yang sudah di kemukakan di atas. Setelah Al-Qur’an menguraikan sifat-sifat mereka, Tuhan telah mengabulkan permohonan mereka Allah berfirman:
Sesungguhnya aku tidak menyia-nyiakan orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan”. (QS 3:195).
ini berarti kaum perempuan dapat berpikir, mempelajari dan kemudian mengamalkan apa yang mereka hayati dari zikir kepada Allah serta apa yang mereka ketahui dari alam raya ini. Pengetahuan menyangkut alam raya tentu berkaitan berbagai disiplin ilmu, sehinnga dapat dipahami perempuan bebas mempelajari apa saja, sesuai keinginan dan kecenderungan mereka masing-masing.
Banyak wanita yang sangat menonjol pengetahuannya di dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan menjadi rujukan sekian banyak tokoh lelaki, semisalnya istri Nabi, Aisyah r.a., adalah seorang yang dalam pengetahuannya serta di kenal juga  sebagai kritikus. Sampai-sampai di kenal secara luas ungkapan yang dinisbahkan oleh ulama sebagai pernyataan Nabi Saw.:
Ambillah sepengetahuan kalian dari al-Humaira’ (Aisyah).
Demikian juga Sayyidah Sakinah binti Al-Husain bin Ali bin Abi Thalib. Kemudian  Al-Syaikhah Syurah yang di gelari fakhr Al-Nisa’[5]. Imam Abu Hayyan mencatat tiga nama perempuan yang menjadi guru-guru tokoh besar mazhab, yaitu Mu’nisat Al-Ayyubiyah, Syamsiyat Al-Taimiyah, dan Zainab. Kemudian wanita-wanita yang yang mempunyai kedudukan ilmiah sangat terhormat adalah Al-Khansa’, Rabi’ah Al-Adawiyah, dan lain-lain.
Dalam hal ini, Syaikh Muhammad Abduh menulis: “ kalau kewajiban perempuan mempelajari hukum-hukum agama kelihatannya amat terbatas, maka sesungguhnya kewajiban mereka untuk mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan rumah tangga, pendidikan anak, dan sebagainya yang merupakan persoalan duniawi”.[6]








BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam paparan makalah ini, dapat disimpulkan wanita dalam sabda Nabi adalah Syaqa’iq Al-Rijal (saudara-saudara sekandung kaum lelaki) sehingga kedudukan serta hak-haknya hamper dikatakan sama. Kalaupun ada yang membedakan, maka itu hanyalah fungsi dan tugas-tugas utama yang dibebankan Tuhan masing-masing dalam jenis kelamin, sehingga perbedaan yang ada tidak mengakibatkan yang satu merasa memiliki kelebihan.















DAFTAR PUSTAKA
Shihab, M. Quraish, “Membumikan” Al-Qur’an : Fungsi dan Peran Wahyu Dalam --------------Kehidupan Masyarakat, (Bandung : PT. Mizan, 2013). cet. I.
Nata, Prof. Dr. H. Abuddin, Metodologi Studi Islam, (Jakarta : Rajawali Pers, 2011). -----------Cet.18.
Maktabah Shamela Ishdar Versi 3.15.





[1] zamroniye.wordpress.com/2011/06/11.
[2] Syekh Isma’il bin Muhammad Al Ijluniy Al Jarahiy (1162 H). Kasyful Khafa’ Juz 1hal 335.. Al Maktabah al Syamelah.
[3] Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A. Metodologi  Studi  Islam  (Jakarta Rajawali, pers 2011.) cet. 18 hlm. 88.
[4]  Adalah orang yang berdzikir dan memikirkan tentang kejadian langit dan bumi.
[5] Adalah Kebanggaan Perempuan, dalam arti salah seorang guru Imam Syafi’I adalah tokoh mazhab yang pandangan-pandangannya menjadi banyak anutan umat seluruh dunia dan masih banyak lainnya.
[6] M. Quraish Shihab  Membunyikan Al-Qur’an : Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat,  Bandung, PT Mizan, 2013. Cet. I, hlm. 433.
Next
This is the most recent post.
Posting Lama

0 komentar:

Posting Komentar