Selasa, 23 September 2014

Selasa, September 23, 2014


kata oriental dalam kamus webster’s diartikan: realiting to, caharacteristic of or coming from orient. Atau sesuatu yang berhubungan, karakteristik yang dating dari timur. Sementara orientalism diartikan: study of oriental civilization language, etc. jadi secara singkat orientalisme  bias didevinisikan sebagai studi tentang timur, baik itu berkaitan dengan peradaban, budaya, bahasa maupun agama. Menurut Quraish Shihab, orientalismu muncul pada abad ke 13 M khususnya pasca reanessance dan reformasi ajaran Kristen. Menurutnya motif keagamaanlah yang menjadi motif utamannya. Barat disini ingin memperluas ekpansansi agama Kristen ke negeri-negeri timur. Namun dengan berkaitan tahun awal permulaan orientalisme Quraish shihab tidak bisa menunjukkan bukti-bukti yang bias memperkuat argument-argumennya.
            Pada masa-masa awal orientalisme lebih bersifat sebagai kecenderungan  untuk melihat budaya “the other” atau timur baik oleh penjelajah  yang kemudian juga diikuti oleh para pemikir, sarjawan dan ilmuan. Pada tahap ini orientalisme lebih bersifat  sebagai kajian perbandingan perbandinga budaya, yang teraktualisaikan kedalam persoalan bagaimana melihat kehidupan, budaya, nilai-nilai, mentalis serta sejarah dari “ the other”.
 Edward said mengmukakan  bahwa dalam bentuk yang klasik itu, masih terus di kaji sang orientalis, dimodersasikan, dan diperbaharui menjadi timur masa kini. Dari sini lah  bias dilihat lebih jelas dampak orientalisme terhadap kajian budaya-budaya serta agama- agama di Timur. Seperti yang dijelaskan oleh said dalam teori orientalismennya, dia membagi empat jenis relasi kekuasaan (hegemoni) yang hidup dalam diskursus orientalisme sebagai berikut:
a.       Kekuasaan politis (pembentukan kolonialisme dan impralisme).
b.      Kekuatan intelektual (mendidik timur melalui sains, linguistic, serta pengetahuan lain).
c.       Kekuasaan cultural (kanonisasi selera, teks, dan nilai-nilai, misalnya timur memiliki kategori estetika colonial yang bias ditemukan dinegara-negara bekas kolonialisme, semisal india).
d.      Kekuasaan moral ( apa yang baik di lakukan dan tidak baik oleh Timur).
Factor yang melatarbelakangi munculnya orientalisme
Factor ilmiah, akademik, dan kolonialisme
Diduga  dorongan ilmiah dan akademik  merupakan factor awal yang melatar belakangi munculnya orientaisme, terutama di awal-awal kemunculannya. Hal ini di akui oleh Edward Said dalam karyanya, orientalism. Dalam hal ini Najib seorang ilmuan Muslim. Setelah kembali ke Negara asal, mereka pun menerjemahkan karya-karya ulama-ulama Muslim bahkan menghasilkan karya penting yang kemudian mengantar mereka menjadi ilmuan-ilmuan disegani di Eropa.
Di antara factor lain yang mendorong munculnya orientalisme adalah factor kolonialisme. Menurut said, ketika melihat timur penuh dengan pesona dan “Indah” serta menyediakan bebagai sumber daya alam yang melimpah, barat pen merasa tertarik untuk mengkaji kehidupan social, budaya, keyakinan serta nilai-nilai yang ada di timur untuk di jadikan modal dalam menjalankam misi hegemoninya.
Perkembangan studi al-Qur’an di Barat
            Munculnya studi al-Qur’an dibarat di duga kuat lantaran sifat iri bahkan sekarang untuk melakukan studi kritis terhadap teks al-Qur’an, sebagaimana yang kita lakukan terhadap kitab sucu Yahudi yang berbahasa Ibrani-Arami dan kitab sici Kristen yang berbahasa Yunani. Seruan ini tentu saja muncul karena dilatarbelakangi oleh kekecewaan para sarjana Kristen maupun Yahudi terhadap kitab suci mereka di satu pihak, serta kecemburuan mereka terhadap al-Qur’an karena para sarjawan merasa meragukan otentitas  kitab suci mereka masing- masing.
            Kemudian para orientalis mualai mengarahmkan pandangan mereka dengan mengkaji al-Qur’an. Namun di samping karena alas an- alasan  para orientalis  paham betul bahwa al-Qur’an adalah sumber utama agama islam serta bangunan seluruh keilmuan Islam. Jika mereka bias menjatuhkan atau mampu meragukan keorosinilannya saja, maka tak dapat di ragukannya lagi seluruh bangunan-bangunan keislaman akan runtuh. Dari sinilah mereka mencari titik lemah al-Qur’an dengan sekeras mungkin, dengan upaya pertama kali ini di duga di tandai kemunculan “Mushaf” hasil kajian filologi versi mushaf standar yang di pegangi umat Islam.
            Langkah ini kemudian ini kemudian di ikuti oleh beberapa orientalis lain. Pada tahun 1860 Theodor Noldeke yang juga seorang orientalis jerman menerbitkan karyanya Geschichte des qorans yang berusaha merekontruksi sejarah al-Qur’an.


0 komentar:

Posting Komentar