kata oriental
dalam kamus webster’s diartikan: realiting to, caharacteristic of or coming
from orient. Atau sesuatu yang berhubungan, karakteristik yang dating dari
timur. Sementara orientalism diartikan: study of oriental civilization
language, etc. jadi secara singkat orientalisme
bias didevinisikan sebagai studi tentang timur, baik itu berkaitan
dengan peradaban, budaya, bahasa maupun agama. Menurut Quraish Shihab,
orientalismu muncul pada abad ke 13 M khususnya pasca reanessance dan reformasi
ajaran Kristen. Menurutnya motif keagamaanlah yang menjadi motif utamannya.
Barat disini ingin memperluas ekpansansi agama Kristen ke negeri-negeri timur.
Namun dengan berkaitan tahun awal permulaan orientalisme Quraish shihab tidak
bisa menunjukkan bukti-bukti yang bias memperkuat argument-argumennya.
Pada masa-masa
awal orientalisme lebih bersifat sebagai kecenderungan untuk melihat budaya “the other” atau timur
baik oleh penjelajah yang kemudian juga
diikuti oleh para pemikir, sarjawan dan ilmuan. Pada tahap ini orientalisme
lebih bersifat sebagai kajian
perbandingan perbandinga budaya, yang teraktualisaikan kedalam persoalan
bagaimana melihat kehidupan, budaya, nilai-nilai, mentalis serta sejarah dari “
the other”.
Edward said mengmukakan bahwa dalam bentuk yang klasik itu, masih
terus di kaji sang orientalis, dimodersasikan, dan diperbaharui menjadi timur
masa kini. Dari sini lah bias dilihat
lebih jelas dampak orientalisme terhadap kajian budaya-budaya serta agama-
agama di Timur. Seperti yang dijelaskan oleh said dalam teori orientalismennya,
dia membagi empat jenis relasi kekuasaan (hegemoni) yang hidup dalam diskursus
orientalisme sebagai berikut:
a.
Kekuasaan politis (pembentukan kolonialisme
dan impralisme).
b.
Kekuatan intelektual (mendidik timur
melalui sains, linguistic, serta pengetahuan lain).
c.
Kekuasaan cultural (kanonisasi
selera, teks, dan nilai-nilai, misalnya timur memiliki kategori estetika
colonial yang bias ditemukan dinegara-negara bekas kolonialisme, semisal
india).
d.
Kekuasaan moral ( apa yang baik di
lakukan dan tidak baik oleh Timur).
Factor yang melatarbelakangi munculnya orientalisme
Factor ilmiah, akademik, dan kolonialisme
Diduga dorongan ilmiah dan akademik merupakan factor awal yang melatar belakangi
munculnya orientaisme, terutama di awal-awal kemunculannya. Hal ini di akui
oleh Edward Said dalam karyanya, orientalism. Dalam hal ini Najib seorang
ilmuan Muslim. Setelah kembali ke Negara asal, mereka pun menerjemahkan
karya-karya ulama-ulama Muslim bahkan menghasilkan karya penting yang kemudian
mengantar mereka menjadi ilmuan-ilmuan disegani di Eropa.
Di antara
factor lain yang mendorong munculnya orientalisme adalah factor kolonialisme.
Menurut said, ketika melihat timur penuh dengan pesona dan “Indah” serta
menyediakan bebagai sumber daya alam yang melimpah, barat pen merasa tertarik
untuk mengkaji kehidupan social, budaya, keyakinan serta nilai-nilai yang ada
di timur untuk di jadikan modal dalam menjalankam misi hegemoninya.
Perkembangan studi al-Qur’an di Barat
Munculnya studi
al-Qur’an dibarat di duga kuat lantaran sifat iri bahkan sekarang untuk
melakukan studi kritis terhadap teks al-Qur’an, sebagaimana yang kita lakukan
terhadap kitab sucu Yahudi yang berbahasa Ibrani-Arami dan kitab sici Kristen
yang berbahasa Yunani. Seruan ini tentu saja muncul karena dilatarbelakangi
oleh kekecewaan para sarjana Kristen maupun Yahudi terhadap kitab suci mereka
di satu pihak, serta kecemburuan mereka terhadap al-Qur’an karena para sarjawan
merasa meragukan otentitas kitab suci
mereka masing- masing.
Kemudian para
orientalis mualai mengarahmkan pandangan mereka dengan mengkaji al-Qur’an.
Namun di samping karena alas an- alasan
para orientalis paham betul bahwa
al-Qur’an adalah sumber utama agama islam serta bangunan seluruh keilmuan
Islam. Jika mereka bias menjatuhkan atau mampu meragukan keorosinilannya saja,
maka tak dapat di ragukannya lagi seluruh bangunan-bangunan keislaman akan
runtuh. Dari sinilah mereka mencari titik lemah al-Qur’an dengan sekeras
mungkin, dengan upaya pertama kali ini di duga di tandai kemunculan “Mushaf”
hasil kajian filologi versi mushaf standar yang di pegangi umat Islam.
Langkah ini
kemudian ini kemudian di ikuti oleh beberapa orientalis lain. Pada tahun 1860
Theodor Noldeke yang juga seorang orientalis jerman menerbitkan karyanya
Geschichte des qorans yang berusaha merekontruksi sejarah al-Qur’an.
0 komentar:
Posting Komentar