KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Puji tasyakur
kita terucap karena segala anugrah yang telah di limpahkan kepada kita semua
sebagai hamba yang dla’if yang tidak
lain hanya mampu untuk mengharapkan berkah kehidupan beserta maghfirah
ampuna-Nya atas segala kesalahan-kesalahan yang telah kita lakukan. Penuh
harapan kemanfaatan kajian-kajian yang akan berusaha kami rancang sesuai dengan
susunan tugas-tugas yang telah di berikan merupakan hal kewajiban yang tidak
mungkin untuk kami tinggalkan, mudah-mudahan dengan adanya hal ini kami dapat
mengambil hikmah dan barokah ilmunya serta bermanfaat bagi kita semua dengan
tiada hal yang harus disia-siakanya, amin.
Rembang, 1 Oktober 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
belakang
Islam datang adalah sebagai rahmatal lil “alamin (sebagai
rahmat bagi alam semesta), dan diantara rahmat yang dibawa oleh Islam adalah
mengangkat harkat dan martabat kaum hawa, yang sebelumnya sangat direndahkan
dengan serendah-rendahnya. Bagaimana tidak?, kaum hawa pada saat itu hanyalah
dianggap sebagai pemuas nafsu para kaum adam saja, atau sebagai pelengkap
hidup, sehingga keberadaanya tidak jarang dianggap sebagai beban hidup, oleh
karenanya tidak sedikit para orang tua, utamanya kaum laki-laki yang tidak
menginginkan kehadiranya ditengah-tengah kehidupanya, banyak riwayat di masa
sebelum datangnya Islam (masa jahiliyah) yang mengisahkan tentang seorang orang
tua, dengan keji membunuh anak kandungnya sendiri dengan menguburnya
hidup-hidup, hal ini sebuah potret betapa kehadiran mereka sangat tidak
diinginkan dan keberadaanya dianggap tidaklah lebih mulia dari hewan serta
mendudukkan harkat martabat mereka dengan serendah-rendahnya.
Oleh karena itu pendidikan yang baik pada seorang wanita adalah
sebuah keharusan, karena ditangan merekalah baik dan tidaknya sebuah generasi
bangsa.
B. Rumusan masalah
a. adakah dalil yang
menunjukkan hak didik wanita?
b. bagaimana hukum
wanita menurut persektif agama di dalam pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Konsep
Pendidikan Perempuan dalam Islam
Islam menjunjung tinggi persamaan hak antar sesama manusia,
dimata Islam semua hamba Allah SWT
adalah sama, tidak ada dikotomi ras, jenis, golongan, bangsa dan lain
sebagainya, mereka semua sederajat, hanyalah taqwa yang membedakan mereka
disisi Al Khaliq, hal ini ditegaskan dalam Al-Qur’an, surah Al
Hujurarat, 49:13 :
Artinya : “ Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”.
Oleh karena itu dalam hal pendidikan, dalam kacamata Islam tidak
ada diskriminasi antara laki-laki dan perempuan, mereka semua mendapat
kewajiban dan hak yang sama dalam menuntut ilmu, bahkan kaum hawa dalam hal ini
mendapatkan prioritas tersendiri dari syari’at, karena merekalah tempat
pendidikan pertama sebelum pendidikan yang lain diperoleh oleh seorang anak,
maka tidak salah bila dikatakan bahwa;
الأم مدرسة الأولى
Artinya : ibu itu adalah sekolah yang pertama.
Ada beberapa konsep yang dapat kami angkat dalam makalah ini
sebagai materi pembahasan, terutama terkait dengan pendidikan bagi perempuan
yang sudah tentu merujuk kepada konsep yang telah diajarkan oleh Rasulullah
SAW.
Sebuah
hadits Nabi SAW yaitu ;
(رواه أحمد والنسائي وابن ماجه والحاكم
عن معاوية بن جاهمة السلمي ) الجنة تحت أقدام
الأمهات
Artinya : Surga itu dibawah telapak kaki ibu. (HR. Ahmad,
Nasa’I, Ibnu Majah, Hakim dari Mu’awiyah bin Jahimah al salami).[1]
a.
Makna Mufrodat
الجنة : surga
الأقدام : telapak
, bentuk jama’ dari قدم
الأمهات : Ibu,
bentuk jama’ muannas dari ام
Hadits diatas, tidaklah menunjukan ma’na sebenarnya atau dalam Ilmu
Balaghoh disebut dengan ma’na haqiqat akan tetapi hadits itu menunjukan ma’na majaz
(kiasan). Dalam Kitab Takhrij yaitu Kasyful
Khafa’ juz 1 hal 335, dijelaskan bahwa makna hadits diatas adalah sebagai
berikut:
والمعنى أن التواضع
للأمهات وإطاعتهن في خدمتهن وعدم مخالفتهن إلا فيما حظره الشرع سبب لدخول الجنة
Artinya : Dan adapun makna (hadits tersebut) adalah: bahwa
sesungguhnya bersikap rendah hati kepada ibu dan taat dalam berbakti padanya
serta tidak durhaka padanya dalam hal-hal yang telah diperingatkan oleh
syari’at adalah salah satu sebab untuk masuk kesurga.[2]
b.
Asbabul
Wurud
Hadits diatas dilatar belakangi oleh sebuah riwayat, bahwa salah
seorang sahabat Nabi SAW. yaitu Jahimah datang kepada Nabi SAW, beliau bertanya
pada Nabi Ya Rasulallah aku ingin berperang dan aku memohon petunjuk kepadamu,
Rasulullah SAW. bertanya ” apakah engkau masih mempunyai ibu?, Jahimah
menjawab’ Ya “, Rasulullah SAW. bersabda, ” tetaplah bersamanya karena sesungguhnya
surga berada dibawah kedua kakinya”.
2.
Hak
dan Kewajiban Perempuan dalam Belajar
Kebaikan dan keburukan sebuah bangsa adalah sangat tergantung pada
generasinya, sedangkan baik dan buruknya sebuah generasi adalah sangat
tergantung dengan baik dan buruknya seorang ibu (wanita) maka, pendidikan
kejiwaan dan karakter bagi wanita agar menjadi seorang ibu yang bijaksana,
cerdas dan mampu memberikan pendidikan yang baik bagi seorang anak adalah
sebuah keniscayaan.
Nabi Saw. bersabda; “Mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap
laki-laki dan perempuan, tuntutlah ilmu
mulai dari buaian hingga ke liang lahat.”[3]
Para perempuan di zaman Nabi Saw. menyadari atas kewajibannnya belajar sehingga mereka memohon kepada Nabi
agar beliau mau menyisihkan waktu khusus untuk mereka dalam menuntut ilmu
pengetahuan. Permohonan ini tentu saja dikabulkan oleh Nabi Saw.
Al-Qur’an memberikan ulu al-albab[4].
ulu al-albab tidak
terbatas pada lelaki saja, tetapi juga kaum perempuan. Hal ini terbukti telah
terbukti dari ayat yang berbicara tentang ulu al-albab yang sudah di
kemukakan di atas. Setelah Al-Qur’an menguraikan sifat-sifat mereka, Tuhan
telah mengabulkan permohonan mereka Allah berfirman:
Sesungguhnya aku tidak menyia-nyiakan orang yang beramal di antara
kamu, baik laki-laki maupun perempuan”. (QS
3:195).
ini berarti kaum perempuan dapat berpikir, mempelajari dan kemudian
mengamalkan apa yang mereka hayati dari zikir kepada Allah serta apa yang
mereka ketahui dari alam raya ini. Pengetahuan menyangkut alam raya tentu
berkaitan berbagai disiplin ilmu, sehinnga dapat dipahami perempuan bebas
mempelajari apa saja, sesuai keinginan dan kecenderungan mereka masing-masing.
Banyak wanita yang sangat menonjol pengetahuannya di dalam berbagai
bidang ilmu pengetahuan dan menjadi rujukan sekian banyak tokoh lelaki,
semisalnya istri Nabi, Aisyah r.a., adalah seorang yang dalam pengetahuannya
serta di kenal juga sebagai kritikus.
Sampai-sampai di kenal secara luas ungkapan yang dinisbahkan oleh ulama sebagai
pernyataan Nabi Saw.:
Ambillah sepengetahuan kalian dari al-Humaira’ (Aisyah).
Demikian juga Sayyidah Sakinah binti Al-Husain bin Ali bin Abi
Thalib. Kemudian Al-Syaikhah Syurah yang
di gelari fakhr Al-Nisa’[5].
Imam Abu Hayyan mencatat tiga nama perempuan yang menjadi guru-guru tokoh besar
mazhab, yaitu Mu’nisat Al-Ayyubiyah, Syamsiyat Al-Taimiyah, dan Zainab.
Kemudian wanita-wanita yang yang mempunyai kedudukan ilmiah sangat terhormat
adalah Al-Khansa’, Rabi’ah Al-Adawiyah, dan lain-lain.
Dalam hal ini, Syaikh Muhammad Abduh menulis: “ kalau kewajiban
perempuan mempelajari hukum-hukum agama kelihatannya amat terbatas, maka
sesungguhnya kewajiban mereka untuk mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan
rumah tangga, pendidikan anak, dan sebagainya yang merupakan persoalan duniawi”.[6]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam paparan makalah ini, dapat disimpulkan wanita dalam sabda
Nabi adalah Syaqa’iq Al-Rijal (saudara-saudara sekandung kaum lelaki)
sehingga kedudukan serta hak-haknya hamper dikatakan sama. Kalaupun ada yang
membedakan, maka itu hanyalah fungsi dan tugas-tugas utama yang dibebankan
Tuhan masing-masing dalam jenis kelamin, sehingga perbedaan yang ada tidak
mengakibatkan yang satu merasa memiliki kelebihan.
DAFTAR PUSTAKA
Shihab,
M. Quraish, “Membumikan” Al-Qur’an : Fungsi dan Peran Wahyu Dalam
--------------Kehidupan Masyarakat, (Bandung : PT. Mizan, 2013). cet. I.
Nata,
Prof. Dr. H. Abuddin, Metodologi Studi Islam, (Jakarta : Rajawali Pers,
2011). -----------Cet.18.
Maktabah
Shamela Ishdar Versi 3.15.
[1] zamroniye.wordpress.com/2011/06/11.
[2] Syekh
Isma’il bin Muhammad Al Ijluniy Al Jarahiy (1162 H). Kasyful Khafa’ Juz
1hal 335.. Al Maktabah al Syamelah.
[3]
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A. Metodologi Studi Islam (Jakarta Rajawali, pers 2011.) cet. 18 hlm. 88.
[4] Adalah orang yang berdzikir dan memikirkan
tentang kejadian langit dan bumi.
[5] Adalah
Kebanggaan Perempuan, dalam arti salah seorang guru Imam Syafi’I adalah tokoh
mazhab yang pandangan-pandangannya menjadi banyak anutan umat seluruh dunia dan
masih banyak lainnya.
[6] M.
Quraish Shihab Membunyikan Al-Qur’an
: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung, PT Mizan, 2013. Cet. I, hlm. 433.
0 komentar:
Posting Komentar