Kamis, 15 Mei 2014

Kamis, Mei 15, 2014
1
Mata Kuliah:
TARIKH ISLAM
SEJARAH
BANI ABBASIYAH
2
BAB VIII
KHILAFAH BANI ABASIYYAH
A. Sejarah Naiknya Khilafah Dinasti Abbasiyah
Lahirnya Khilafah Dinasti Abasiyah berasal dari hancurnya Khilafah Dinasti Umayah, karena dalam kerajaan Khilafah Dinasti Umayah itupun tidak selalu dijumpai kedamaian dan ketentraman, selalau saja ada perselisihan politik antar partai dalam negeri yang tidak pernah tunduk kepada perintah khalifah. Salah satu golongan yang tidak mau tunduk itu adalah keturunan Abbas, seorang paman Nabi Muhammad saw. Pada tahun 750 M atau 132 H usaha mereka untuk merobohkan Dinasti Umayah membuahkan hasil. Terjadilah pertumpahan darah dari golongan Dinasti Umayah beserta keluarganya yang habis dibunuh oleh golongan dari Dinasti Abbasiyah. Khalifah pertama dari Dinasti Abasiyah menyebut dirinya As Saffah yang berarti yang mencurahkan darah. Gelarnya terus dipergunakan dan terus menjadi sejarah dengan nama Abbas As Saffah.
B. Tokoh Tokoh Pada Khilafah Dinasti Abbasiyah
Tokoh-tokoh pada pemerintahan Bani Abbasiyah periode I
No
Khalifah
Gelar
Masa Berkuasa
1
Abul Abbas Abdullah bin Muhammad
As-Saffah
132-136 H/749-753 M
2
Abu Ja‟far Abdullah bin Muhammad
Al-Manshur
137-158 H/753-774 M
3
Muhammad bin Abdullah bin Muhammad
Al-Mahdi
158-169 H/774-785 M
4
Musa bin Muhammad bin Abdullah
Al-Hadi
169-170 H/785-786 M
5
Harun bin Muhammad bin Abdullah
Ar-Rasyid
170-193 H/786-808 M
3
6
Muhammad bin Harun bin
Muhammad
Al-Amien
193-198 H/808-812 M
7
Abdullah bin Harun bin Muhammad
Al-Makmun
198-218 H/ 813-833 M
8
Muhammad bin Harun bin Muhammad
Al-Mu‟tashim
218-227 H/833-841 M
9
Harun bin Muhammad bin Harun
Al-Watsiq
227-232 H/841-846 M
10
Ja‟far bin Muhammad bin Harun
AlMutawakkil
232-247 H/846-861 M
Tokoh-tokoh pada masa pemerintahan Bani Abbasiyah periode II
No
Khalifah
Gelar
Lama Pemerintahan
Dibawah Dominasi
11
Muhammad bin Ja‟far al-mutawakkil
Al Muntashir
247-248 H/861-862 M
Turki
12
Ahmad bin Muhammad al-Mu‟tashim
Al Mustain
248-252 H/862-866 M
Turki
13
Muhammad bin Jafar al mutawakkil
Al Mu‟tazz
252-256 H/866-868 M
Turki
14
Muhammad bin Harun al Watsiq
Al Muhtadi
255-256 H/868-869 M
Turki
15
Ahmad bin Jafar al Mutawakkil
Al Mu‟tamad
256-279 H/869-892 M
Turki
16
Ahmad bin Thalhab bin Jafar
Al Mu‟tadhid
279-789 H/892-901 M
Turki
17
Ali bin Ahmad al Mu‟tadhih
Al Muktafi
289-295 H/901-907 M
Turki
18
Ja‟far bin Ahmad al-Mu;tadhid
Al Muqtadir
295-320 H/907-923 M
Turki
19
Muhammad bin Ahmad
Al Qahir
320-322 H/932-933
Turki
4
al-Mu‟tadhid
M
20
Muhammad bin Jafar al-Muqtadir
Ar Radhi
322-329 H/933-940 M
Turki
21
Ibrahim bin Ja‟far al-Muqtadir
Al Muttaqi
329-333 H/940-944 M
Turki
22
Abdullah bin Ali al-Muktafi
Al Mustakfi
333-334 H/944-945 M
Turki
23
Al Fadhl bin Jafar al muqtadir
Al Muthi
334-363 H/945-973 M
Buwaihid
24
Abdul karim ibnul Fadhl Al-Muthi‟
Ath Tha‟i
363-381 H/945-973 M
Buwaihid
25
Ahmad bin Ishaq ibnul Muqtadir
Al Qadr
381-422 H/973-991 M
Buwaihid
26
Abdullah bin Ahmad al Qadr
Al Qaim
422-467H/1030-1074 M
Buwaihid
27
Abdullah bin Muhammad ibnul Qaim
Al Muqtadi
467-487 H/1074-1094 M
Saljuk
28
Ahmad bin Abdullah al Muqtadi
Al Mustazhir
487-512 H/1094-1118 M
Saljuk
29
Al Fadhl bin Ahmad al Mustazhir
Al Mustarsyid
512-529 H/1118-1134 M
Saljuk
30
Manshur ibnul Fadhl al Mustarsyid
Ar Rasyid
529-530 H/1134-1135 M
Saljuk
31
Al Hasan bin Yusuf al Mustanjid
Al Muqtafi
530-555 H/1135-1160 M
Saljuk
32
Yusuf bin Ahmad al Muqtafi
Al Mustanjid
555-566 H/1160-1170 M
Saljuk
33
Al Hasan bin Yusuf al Mustanjid
Al Mustadhi‟
566-575 H/1170-1179 M
Saljuk
34
Ahmad ibnul Hasan al Mustadhi
Al Nashir
575-622 H/1179-1225
Saljuk
35
Muhammad bin Ahmad
Az Zhahir
622-623 H/1225-
Saljuk
5
an Nashir
1226 M
36
Manshur bin Muhammad az Zahir
Al Mustansir
623-640 H/1226-1242 M
Saljuk
37
Abdullah bin Manshur al Mustansir
Al Mu‟tashim
640-656 H/1242-1258 M
Saljuk
C. Masa Pemerintahan Bani Abbasiyah
Masa pemerintahan Bani Abbasiyah terbagi kepada dua periode pemerintahan, yaitu :
1. Masa Pemerintahan Periode I
a. Abul Abbas As-saffah
Dia bernama Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas, khalifah pertama pemerintahan Abbasiyah. Ayahnya adalah orang yang melakukan gerakan untuk mendirikan pemerintahan Bani Abbasiyah dan menyebarkan kemana-mana. Inilah yang membuat Abdullah banyak mengetahui tentang gerakan ini dan rahasia rahasianya. Dia diangkat oleh saudaranya yang bernama Ibrahim sebelum dia ditangkap oleh pemerintahan Umawiyah pada tahun 129 H / 746 M. tertangkapnya Ibrahim membuat Abdullah harus berangkat ke Kufah bersama-sama dengan pengikutnya secara rahasia.
Pada masa pemerintahannya, saat pasukan Abbasiyah menguasai Khurasan dan Irak, dia keluar dari persembunyiannya dan dibaiat sebagai khalifah pada tahun 132 H / 749 M. setelah itu dia mengalahkan Marwan bin Muhammad dan menghancurkan pemerintahan Bani Muawyah pada tahun yang sama. Pemerintahan yang dia pimpin berdasar pada tiga hal utama, yaitu :
Pertama, pada keluarganya. Sebab, dia memiliki paman, saudara saudara, dan anak anak saudara dalam jumlah besar. Mereka menyerahkan kepempinan dan pemerintahan wilayah kepadanya. Demikian juga dalam masalah nasihat dan musyawarah.
Kedua, Abu Muslim Khurasani. Dia adalah panglima perang yang jempolan. Dengan kekuatan dan tekadnya yang kokoh, dia mampu menaklukan Kharasan dan Irak.
6
Ketiga, Panatisme golongan. Dia muncul pada akhir akhir dan melemahnya pemerintahan Muawiyah. Peluang ini ditangkap manis oleh Bani Abbasiyah. Pada masa pemerintahan Abu Abbas Assyafah ini, disibukkan dengan upaya untuk konsolidasi internal dan menguatkan pilar pilar Negara yang belum stabil. Abu Abbas Assyafah meninggal pada tahun 136 H / 753 M.
b. Abu Ja‟far Al Mansyur
Dia bernama Abdullah bin Muhammad Ali bin Abdullah Al Abbas. Dia seorang yang paling terkenal dari penguasa Bani Abbasiyah dengan keberanian, ambisi, dan kecerdikannya. Dia menjadi khalifah setelah saudaranya Al Abbas untuk melaksanakan wasiat dari saudaranya itu. Adapun peristiwa-peristiwa penting pada zaman Al Mansur, yakni gerakan pemberontak yang diantaranya adalah pemberontakan Ali bin Abdullah bin Ali, pembunuhan Abu Muslim Khurasani, pemberontakan Muhammad dan Ibrahim, dan Kharij.
Pada zaman Al Mansur juga beliau telah menaklukan negeri Tibristan, Dailam, dan Kasmir serta yang lainnya. Beliau juga berhasil membangun Kota Bagdad yang kemudian dijadikan ibu kota pemerintahannya pada tahun 146 H / 763 M. Selain itu, beliau juga membangun Kota Rafiqoh dan memperluas Masjidil Haram pada tahun 139 H / 756 M. setelah itu, beliau meninggal di Makah pada tahun 158 H / 774 M pada waktu beliau sedang melaksanakan ibadah haji.
c. Muhammad Al Mahdi
Dia bernama Muhammad Al Mahdi Ibnul Mansur. Dilantik sebagai khalifah sesuai dengan wasiat ayahnya pada tahun 158 H / 774 M. Dia dikenal sebagai seorang yang sangat dermawan dan pemurah. Pada masa pemerintahannya, kondisi dalam negeri saat itu sangat stabil, dan tidak ada satu gerakan penting dan signifikan di masanya. Dia berhasil mencapai kemenangan kemenangan atas orang orang romawi. Anaknya, Harun Ar Rasyid adalah panglima perang dalam penaklukan ini. Dia sampai ke pantai Marmarah dan berhasi melakukan perjanjian damai dengan Kaisar Agustine yang bersedia untuk membayar jizyah pada tahun 166 H / 782 M. Muhammad Al Mahdi meninggal pada tahun 169 H / 785 M setelah memerintah selama 10 tahun beberapa bulan.
d. Musa Al Hadi
7
Dia adalah Musa Al Hadi bin Muahammad Al Mahdi yang dilantik sebagai khalifah setelah ayahnya. Pada masa itu, terjadi pemberontakan oleh Husein bin Ali Ibnul Husein Ibnul Hasan bin Ali di Makkah dan Madinah. Dia menginginkan agar pemerintahan berada di tangannya. Namun Al Hadi mampu menaklukannya dalam perang Fakh pada tahun 169 H / 785 M. Pada saat yang sama juga Yahya bin Abdullah melakukan pemberontakan di Dailam. Maka, Al Hadi memberangkatkan Ar Rasyid sampai Yahya bin Abdullah mampu ditaklukan. Musa Al Hadi meninggal pada tahun 170 H / 786 M.
e. Harun Ar Rasyid
Dia bernama Harun Ar Rasyid Ibnul Mahdi, dia mutiara sejarah Bani Abbasiyah. Pada masanya pemerintahan Islam mengalami puncak kemegahan dan kesejahteraan yang belum pernah dicapai sebelumnya. Harun Ar Rasyid dikenal sebagai sosok yang sangat pemberani. Dia telah melakukan penyerbuan dan penaklukan negeri romawi pada saat baru berumur 20 tahun. Dia pun dikenal sebagai sosok yang takwa dan takut kepada Allah dalam segala perkara. Pada masa pemerintahannya adalah masa yang sangat tenang dan stabil, hanya ada beberapa pemberontakan kecil yang tidak berarti apa apa, diantaranya adalah pemberontakan Yahya Abdullah, kaum Khawarij, orang-orang Zindik, dan pemberontakan di Kharasan.
Pada masa pemerintahannya pula dia berhasil melakukan penaklukan Heraclee. Pada tahun 187 H / 802 M, orang orang romawi mengingkari janji tatkala yang berkuasa atas mereka adalah Naqfur. Sebelum meninggal, dia mewariskan kekuasaan kepada kedua anaknya, Al Amin dan Al Makmun. Hal ini menjadi fitnah yang bertiup kencang yang terjadi antara dua saudara ini setelah kematiannya. Harun meninggal pada tahun 193 H / 808 M setelah memerintah selama 23 tahun.
f. Muhammad Al Amien
Dia bernama Muhammad Al Amin bin Harun Ar Rasyid. Ayahnya telah membaiatnya sebagai khalifah, lalu untuk saudaranya Al Makmun, kemudian untuk Qasim. Dia diberi kekuasaan di Irak, sedangkan Al Makmun di Kharasan. Namun, ada salah seorang menteri Al Amin yang mendorongnya untuk mencopot posisi putera mahkota dari adiknya dan memberikannya kepada anaknya yang
8
bernama Musa. Al Amin termakan tipuan ini, dan Al Amin segera memberontak. Pada tahun 195 H / 810 M, Al Amin mengirimkan dua pasukan untuk memerangi saudaranya, namun berhasil dihancurkan oleh Thahir bin Husein, panglima perang Al Makmun. Al Amin sendiri dikenal sebagai seorang yang suka berfoya foya serta banyak melalaikan urusan Negara. Sehingga setelah lima tahun ia memerintah, kekhalifahannya digantikan oleh Abdullah Al Makmun.
g. Abdullah Al Makmun
Dia bernama Abdullah Al Makmun bin Harun Ar Rasyid. Pada masa pemerintahannya banyak peristiwa peristiwa penting yang terjadi, pertama adalah pemberontakan Bagdad dan penunjukkan Ibrahim Al Mahdi sebagai khalifah, kedua Al Khuramiyah, dan ketiga adanya fitnah bahwa Al Quran adalah makhluk.
Penaklukan-penaklukan pada masa pemerintahannya sangatlah terbatas. Dia hanya mampu menaklukan Laz, sebuah tempat di Dailam pada tahun 202 H / 817 M. Pada masanya, dia tidak menjadikan anaknya Al Abbas, untuk menggantikan dirinya. Dia malah mengangkat saudaranya Al Mu‟tasim karena disa melihat bahwa Al Mu‟tasim lebih memiliki banyak kelebihan dibandingkan anaknya. Setelah berkuasa selama 20 tahun. Al Ma‟mun meninggal pada tahun 218 H / 833 M.
h. Abu Ishaq Al Mu‟tashim
Dia bernama Muhammad bin Harun Ar Rasyid naik sebagai khalifah setelah mendapat wasiat dari saudaranya. Pada masa pemerintahannya, dia banyak mengangkat pasukan dari orang orang Turki, sehingga ini sama artinya dengan meletakkan semua masalah pemerintahan di tangan orang-orang Turki yang berlebihan. Pada waktu itu, Al Mu‟tasim mendukung pendapat bahwa Al Quran adalah makhluk. Adapun peristiwa penting pada zaman pemerintahannya adalah gerakan Babik Al Khurami. Penaklukan yang dilakukan oleh Abu Ishaq Al Mu‟tasim pada pemerintahannya adalah penaklukan Al Muriyah yang mana banyak perbuatan yang melampaui batas kesopanan. Kemudian setelah memerintah selama 9 tahun, Abu Ishaq Al Mu‟tasim meninggal dunia pada tahun 227 H / 833 M.\
i. Harun Al Watsiq
9
Dia adalah Harun bin Muhammad Al Mu‟tasim menjadi khalifah setelah ayahnya Al Mu‟tasim, pada tahun 227 H / 841 M. Panglima-pamglima asal Turki pada masanya mencapai posisi-posisi yang sangat terhormat. Bahkan, Asynas mendapatkan gelar sultan dari Al Watsiq. Harun Al Watsiq meninggal pada tahun 223 H / 846 M setelah memerintah selama 5 tahun.
j. Ja‟far Al Mutawakkil
Dia bernama Ja‟far bin Muhammad Al Mu‟tasim. Ja‟far Al Mutawakkil adalah salah seorang yang melarang dengan keras pendapat yang mentapkan bahwa Al Quran adalah makhluk. Pada masa pemerintahannya, orang-orang romawi melakukan penyerangan di Dimyath, Mesir. Peristiwa ini terjadi pada tahun 238 H / 852 M. Al Mutawakkil dibunuh oleh anaknya yang bernama Al Muntasir pada tahun 247 H / 861 M.
2. Masa Pemerintahan Periode II
a. Dominasi Turki
Dari tahun 247-334 H/861-945 M adalah masa di mana orang-orang militer Turki memegang kendali atas khalifah-khalifah yang lemah. Merekalah yang memilih khalifah dan mereka pula yang memberhentikannya. Mereka membunuh para khalifah semau mereka sendiri, begitupun al Mu‟tashim yang mendatangkan orang-orang Turki tersebut sudah ada di tangan mereka.
Al Mu‟tashim mendatangkan mereka dari Negara-negara yang berada di Asia Tengah. Awalnya dia memberi wewenang untuk menjaga keamanan dan keselamatan individu-individu. Al Mu‟tashim mengangkat salah seorang diantara mereka untuk menjadi pengawal khusus untuknya. Kemudian mereka dimasukkan ke dalam jajaran tentara. Dengan keberanian dan kepahlawanan yang mereka miliki, mereka cepat naik pamornya di mata khalifah. Hingga akhirnya sampai ke puncak dan masuk ke jajaran elit penguasa terutama dalam medan perang. Dia tidak menyangka akibat tindakannya ini telah membuat diri dan anak-anaknya serta pemerintah Islam terjerumus dalam kepahitan dan kegetiran di bawah tangan manusia-manusia yang berlebihan tersebut.
Kejahatan mereka mulai tampak pada masa pemerintahan al Mu‟tashim. Sehingga mereka banyak melakukan tindakan-tindakan yang di luar batas kepada banyak orang di Baghdad.
10
Dengan cepat, mereka menduduki kekuasaan secara penuh, sampai-sampai mereka berhasil membunuh al Mutawakkil dan kekuasaan mereka sempurna pada masa pemerintah al Muntashir. Pada selanjutnya, pemerintahan yang dikuasai oleh orang-orang Turki ini melemah dengan sendirinya.
b. Dominasi Buwaihid
Kehadiran Bani Buwaihid berawal dari tiga orang putra Abu Syuja‟ Buwaih, pencari ikan yang tinggal di daerah Dailam, yaitu Ali, Hasan, dan Ahmad. Untuk keluar dari tekanan kemiskinan, tiga bersaudara ini memasuki dinas militer yang ketika itu dipandang banyak mendatangkan rezeki. Kedudukan mereka bertiga lama kelamaan naik, memegang kedudukan-kedudukan penting pada pemerintahan. Pada masa pemerintahan Bani Buwaih ini, para khalifah Bani Abbasiyah benar-benar tinggal namanya saja. Pelaksanaan pemerintahan sepenuhnya berada di tangan amir-amir Bani Buwaih.
Sebagaimana para khalifah Abbasiyah periode pertama, para penguasa Bani Buwaih mencurahkan perhatian secara langsung dan sungguh-sungguh terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan kesusastraan. Pada masa Bani Buwaih ini banyak bermunculan ilmuwan besar, diantaranya Al-Farabi, Ibn Sina, Al-Farghani, Abd Al Rahman dan kelompok Ikhwan Al Shafa. Kekuatan politik Bani Buwaih tidak lama bertahan, Setelah generasi pertama, tiga bersaudara tersebut, kekuasaan menjadi ajang pertikaian diantara anak-anak mereka. Masing-masing merasa paling berhak atas kekuasaan pusat. Hal ini menjadi faktor pemicu kemunduran dan kehancuran pemerintahan.
c. Dominasi Saljuk
Jatuhnya kekuasaan Bani Buwaih ke tangan Seljuk bermula dari perebutan kekuasaan di dalam negeri. Ketika Al Malik Al Rahim memegang jabatan amir al umara, kekuasaan itu dirampas oleh panglimanya sendiri, Arselan al Basasiri. Dengan kekuasaan yang ada ditangannya, Al Basasiri berbuat sewenang-wenang terhadap Al Malik Al Rahim dan khalifah Qaim dari Bani Abbas. Hal ini mendorong khalifah meminta bantuan kepada Tughril Bek dari dinasti Seljuk yang berpangkalan di negeri Jabal. Dengan demikian, berakhirlah kekuasaan Bani Buwaih dan bermulalah kekuasaan Dinasti Seljuk.
Posisi dan kedudukan khalifah lebih baik setelah Dinasti Seljuk berkuasa, paling tidak kewibaannya dalam bidang agama mulai kembali. Meskipun
11
Baghdad dapat dikuasai, namun ia tidak dijadikan sebagai pusat pemerintahan. Thugrul Bek memilih Naisabur dan kemudian Ray sebagai pusat pemerintahannya.
Pada masa pemerintahan Dinasti Seljuk ini, ilmu pengetahuan dan agama mengalami kemajuan. Maka hal ini menimbulkan banyak lahirnya ilmuwan-ilmuwan muslim pada masanya, misalnya Al Zamakhsyari, Al Qusyairy dan lain. Bukan hanya pembangunan mental spiritual, dalam pembangunan fisik pun Bani Seljuk banyak meninggalkan jasa. Misalnya dalam pembangunan mesjid, jembatan, irigasi, dan jalan raya. Namun sayang, Bani Seljuk pun mengalami masa kemunduran mulai pada tahun 485 H. Kemunduran Bani Seljuk ini terutama pada bidang politik yang disebabkan oleh perebutan kekuasaan diantara anggota keluarga.
D. Masa Kehancuran Khilafah Dinasti Abbasiyah
Kekuatan kekuasaan Dinasti Abbasiyah semakin masa semakin lemah, apalagi dengan sempitnya wilayah kekuasaan Dinasti Abbasiyah ini sangat menunjukkan betapa lemahnya kekuatan politik Dinasti Abbasiyah ini. Sebagaimana terlihat dalam periodisasi khilafah Abbasiyah, masa kemunduran dimulai pada awal periode kedua. Namun demikian, faktor-faktor penyebab kemunduran itu tidak datang secara tiba-tiba. Benih-benihnya sudah terlihat pada periode pertama, hanya karena khalifah pada periode ini sangat kuat, para menteri cenderung berperan sebagai kepala pegawai sipil, tetapi jika khalifah lemah, mereka akan berkuasa mengatur roda pemerintahan.
Diasamping kelemahan khalifah, banyak faktor lain yang menyebabkan khilafah Abbasiyah menjadi mundur, masing-masing faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain, beberapa diantaranaya adalah adanya persaingan antar bangsa, kemerosotan ekonomi, konflik keagamaan, dan ancaman dari luar.
12
BAB IX
DINASTI ABASIYYAH KHUSUS DI TIMUR DAN BARAT BAGDAD
A. Dinasti-dinasti Kecil di Timur Baghdad
1.) Tahiri (200-259 H./820-872 M.)
Sebelum meninggal, Harun al-Rasyid telah menyiapkan dua anaknya yang diangkat menjadi putra mahkota untuk menjadi khalifah: al-Amin dan al-Ma‟mun. Al-amin dihadiahi wilayah bagian barat, sedangkan al-Ma‟mun dihadiahi wilayah bagian Timur. Setelah Harun al-Rasyid wafat (809 M.) al-Amin putra mahkota tertua tidak bersedia membagi wilayahnya dengan al-Ma‟mun. Oleh karena itu,pertempuran dua bersaudara terjadi yang akhirnya dimenangkan oleh al-Ma‟mun.Setelah perang usai, al-Ma‟mun menyatukan kembali wilayah Dinasti Bani Abbas.Untuk keperluan itu, ia didukung oleh Tahir seorang panglima militer, dan saudaranya sendiri yaitu al-Mu‟tasim.Sebagai imbalan jasa, Tahir diangkat menjadi panglima tertinggi tentara Bani Abbas dan gubernur Mesir (205 H). Wilayah kekuasaannya diperluas sampai ke Khurasan (820-822 M.) dengan janji bahwa jabatan itu dapat diwariskan kepada anak-anaknya.
Dinasti Tahiriyah di Khurasan mengakui khilafah Abasiyah Dinasti ini dipimpin oleh empat amir: Tahir Ibn Husein (207-213 H.), Abdullah Ibn Tahir (213-248), dan Muhammad Ibn Tahir (248-259 H.). Dinasti Tahiriyah dianggap paling berjasa karena berhasil menjadikan kota Naisabur sebagai kota ilmu dan kebudayaan di Timur. Akan tetapi, khalifah Tahiriyah tidak berdya ketika Khalifah Bani Abbas tidak mendukung lagi kekuasaannya dan malah mendukung dinasti Safari yang melakukan ekkspansi dan dianggap berhasil oleh Khalifah Abassiyah (al-Mu‟tamid dan al-Muwafaq). Oleh karena itu, dinasti Safari berhasil menghancurkan dinasti Tahriri di Khurasan dan berdirilah dinasti Safari.
2.) Dinasti Safari (254-289 H./867-903 M.)
Dinasti Safari didirikan oleh Ya‟qub Ibn Laits al-Shafar yang berkuasa antara tahun 867-878 M. Ya‟qub Ibn Laits al-Shafar adalah perwira militer yang kemudian diangkat menjadi amir wilayah Sajistan pada zaman khalifah al-
13
Muhtadi 9869-870 M). Ya‟qub Ibn Laits al-Shafar mendapat dikungan dari khalifah al-Mu‟tamid (870-893 M.) untuk memperluas wilayah kekuasaannya hingga berhasil menaklukan Blakh, Tabaristan, Sind dan Kabul. Penaklukan yang dilakukannya membuat Ya‟qub Ibn Laits al-Shafar semakin kuat dan mengirimkan hadiah kepada khalifah di Baghdad, dan bahkan ia pun didukung untuk menaklukan dinasti Tahriri di Khurasan. Akan tetapi, penaklukan wilayah-wilayah yang dilakukan oleh Ya‟qub Ibn Laits al-Shafar membuat khalifah di Baghdad khawatir. Oleh karena itu, khalifah al-Mu‟tamad menaklukan Shafari yang dipimpin oleh Ya‟qub Ibn Laits al-Shafar ; Ya‟qub menantang khalifah dan menuntut kemerdekaan wilayahnya. Setelah meninggal, Ya‟qub digantikan oleh saudaranya, Amr iIbn al-Laits (878-903 M.). Atas bantuan Isma‟il Ibn Ahmad al-Samani, khalifah Baghdad berhasil menangkap Amr Ibn al-Laits, kemudian ia dipenjara di Baghdad hingga meninggal pada zaman khalifah al-Mu‟tadhdid (870-892 M.). Atas dasar itulah, khalifah menjadikan dinasti Samani sebagai penguasa Khurasan.
3.) Dinasti Samani (261-389 H./874-999 M)
Untuk menelusuri kekuasaan Samani, kita harus kembali pada zaman al-Ma‟mun yang membagi-bagi wilayah kepada para pendukungnya bersamaan dengan pemberian wilayah kepada Tahiri di Khurasan.Asad Ibn Saman diberi kewenangan oleh al-Ma‟mun untuk memimpin daerah Transoxiana. Kemudian dinasti kecil ini menaklukan wilayah-wilayah di sekitarnya sehingga berhasil menguasai Transoxiana, Khurasan, Sajistan, Karman, Jurjan, Rayy, dan Tabaristan. Dinasti Samani berkuasa hingga Khurasan setelah berhasil membantu Khalifah Abasiaah (al-Mut‟addid) menangkap dan memenjarakan Amr Ibn al-Laits (khlaifah dinasti Safari terakhir).
Pada waktu itu, lahir ulama besar yang melahirkan karya-karya besar. Diantara mereka adalah al-Firdausi, Umar Khayyam, Ibn Sina, al-Biruni, Zakaria al-Razi, dan al-Farabi.
14
 Zakaria al-Razi (865-925 M.)
Al-Razi terkenal dengan Razhes (bahasa latin). Beliau adalah ahli kedokteran klinis, dan penerus Ibn Hayyan dalam pengembangan ilmu kimia. Ia melakukan penelitian empiris dengan mengunakan peralatan yang lebih canggih disbanding dengan kegiatan ilmiah sebelumnya dan mencatat setiap perlakuan kimiawi dikenakannya terhadap bahan-bahan yang ditelitinya serta hasilnya.
 Al-Farabi (870-950 M)
Al-Farabi dikenal di Barat dengan sebutan Alpharabius. Dia adalah filosof yang juga ahli dalam bidang logika, matematika, dan pengobatan. Dalam bidang fisika, Al-Farabi menulis kitab al-Musiqa. Kitab-kitab yang ditulisnya begitu banyakdan sebagian masih dapat dibaca hingga sekarang ini.
 Al-Biruni (973-1048 M.)
Al-Biruni adalah Ibnu Raian Muhammad al-Biruni. Ia tinggal di istana Mahmud di Gazni (Afganistan). Akbar S.Ahmed menjulukinya dengan gelar Ahli Antropologi pertama (Bapak Antropologi). Argumentasinya karena ia adalah seorang observer partisipan yang luas tentang masyarakat “asing” dan berupaya mempelajari naskah primer dan pembahasannya. Di samping sebagai antropolog, al-Biruni juga ahli matematika, astronomi dan sejarah.
 Ibnu Sina (980-1037 M.)
Nama latin Ibn Sina adalah Avicanna, beliau adalah ahli ilmu kedokteran dan filsafat. Karya besarnya dalam bidang kedokteran adalah al-Qanun fi al-Thib. Buku ini selama lima abad menjadi buku pegangan di universitas-universitas di Eropa. Selain itu, beliau juga memiliki karya iliah pada bidang logika, matematika, astronomi, fisika, mineralogy, ekonomi,dan politik.
 Umar Khayam (1038-1148 M)
Umar Kahyam adalah ahli astronomi, kedokteran, fisika, dan sebagian besar karyanya dalam bidang matematika. Akan tetapi, beliau lebih dikenal sebagai penyair dan sufi. Beliau adalah penemu koefesien-koefesien binomial dan memecahkan persamaan-persamaan kubus.
4.) Dinasti Gaznawi
15
Abd al-Malik Ibn Nuh (khlaifah dari dinasti Samani) mengangkat Alptigin untuk menjadi pengawal kerajaan. Karena kesetiaannya yang baik, ia diangkat menjadi komandan pengawal kerajaan, dan akhirnya diangkat menjadi gubernur Khurasaan. Alptigin hanya setia kepada Abd al-Malik Ibn Nuh. Ketika Abd al-Malik Ibn Nuh wafat, ia tidak mentaati khalifah dinasti Samani yang baru, yaitu Manshur Ibn Nuh.man
5.) Dinasti Buwaihi
Dinasti Buwaihi dirintis oleh tiga bersaudara: Ali, Hasan, dan Ahmad yang berasal dari Dailam. Bapak mereka adalah Abu Syujai alBuwaihi. Tiga saudara ini dalam sejarah dikenal sebagai tentara bayaran.Ketika terjadi perang antara Makan Ibn Kaki al-Dailami tidak lagi mampu membayar mereka. Majdawid mwnyambut baik keberpihakan mereka.Oleh karena itu, disamping dipercaya memimpin pasukan, mereka diberi kewenangan untuk memimpin wilayah. Ali Ibn Buwaihi dipercaya memimpin Kirman, dan Hasan Ibn Buwaihi dipercaya memimpin Asbahan, Rayy, dan Hamadzan.
6.) Dinasti Saljuk
a. Asal-usul Saljuk
Dinasti saljuk dinisbahkan kepada Saljuk Ibn Tuqaq. Tuqaq (ayah Saljuk) adalah pemimpin suku Oghus (Ghuzz atau Oxus) yang menguasai wilayah Turkestan, tempat mereka tinggal. Saljuk Ibn Tuqaq pernah menjdai panglima imperium Ulghur yang ditempatkan di selatan lembah Tahrim dengan Kashgar sebagai ibukotanya. Karena merasa tersaingi kewibawaan, permaisuri raja Ulghue merencanakan pembunuhan terhadap Saljuk. Akan tetapi, sebelum dapat direalisasikan, rencana itu sudah diketahui oleh Saljuk. Dalam rangka menghindari pembunuhan, Saljuk dan orang-orang yang setia kepadanya menyelamatkan diri dengan melarikan diri ke arah Barat, yaitu daerah Jundi (jand), suatu daerah yang merupakan bagian dari Asia Kecil yang dikuasai oleh dinasti Samaniyah yang dipimpin oleh Amir Abd al-Malik Ibn Nuh (954-961 M).Amir Abd al-Malik Ibn Nuh mengizinkan Saljuk tinggal di Jundi, dekat Bukhara. Terkesan oleh kebaikan Amir Abd al-Malik Ibn Nuh, Saljuk dan pengikutnya memeluk Islam aliran Sunni sesuai dengan aliran yang dianut oleh
16
masyarakat setempat. Saljuk Ibn Tuqaq membalas jasa kebaikan Amir Abd al-Malik Ibn Nuh dengan membantunya mempertahankan dinasti Samani dari serangan musuh. Saljuk membantu dinasti Samani dalam menghadapi serangan-serangan dinasti Ulghur. Dalam satu perang tersebut, Saljuk mati terbunuh dan ia meninggalkan tiga orang anak yaitu: Arselan, Mikail, dan Musa.
b. Tugril Bek: Pendirian Dinasti Seljuk
Sepeninggal Saljuk, pimpinan suku dipegang oleh Mikail. Akan tetapi, ia pun gugur ketika perang melawan dinasti Ghaznawi yang hendak merebut Khurasan dari Samaniyah. Setelah wafat, Mikail digantikan oleh anaknya, Tugril Bek. Tugril Bek, karena dinasti Samani sudah mulai melemah, berhasil menguasai Merv (ibukota Khurasan), Jurzan, Tibristan, Dailam dan Karman (1037 M). Sejak itu, Tugril Bek memproklamirkan berdirinya dinasti Saljuk dan diakui oleh dinasti Bani Abbas sekitar tiga tahun kemudian (1040 M) . Setelah itu, Tugril Bek menguasai Iran atau Persia, Anatolia, dan Armenia.
c. Saljuk Menguasai Baghdad
Di Baghdad terjadi penindasan yang diakukan oleh dinasti Buwaihi terhadap khalifah Bani Abbas. Karena bertikai dengan Maliik Abd al-Rahim, Arselan Basasiri (panglima militer) mengundang dinasti Fatimiah untuk menguasai Baghdad. Hal ini membuat khalifah khawatir dan akhirnya meminta bantuan Tugril Bek yang berkuasa di Jibal. Pada tanggal 18 Desember 1055 (447 H), Tugril Bek memasuku Baghdad. Pertempuran terjadi antara pasukan Tugril Bek dengan pasukan Arselan al-Basasiri. Dalam pertempuran itu, al-Basasiri mati terbunuh, khalifah al-Qa‟im dibebaskan dari penjara. Sedangkan Malik Abd al-Rahim dipenjara. Kekuasaan dinasti Buwaihi berakhir dan selanjutnya khalifah dinasti Bani Abbas bekerjasama dengan Saljuk mulai tahun 1055 M. Sebagai kehormatan, khalifah al-Qa‟im memberikan gelar “Raja Timur dan Barat” kepada Tugril Bek dan ia menikah dengan puteri al-Qa‟im. Pada tahun 455H/1063 M, Tugril Bek wafat dan digantikan oleh kemenakannya, Alp Arselan karena Tugril Bek tidak mempunyai seorang anak.
17
d. Kemajuan Saljuk
Dinasti Saljuk tercatat sebagai dinasti yang sukses dalam membangun masyarakat ketika itu. Diantara kegiatan yang dilakukannya adalah: (1) memperluas Masjid al-Haram dan Masjid al-Nabawi, (2) Pembangunan rumah sakit di Naisafur, (3) Pembangunan gedung peneropong bintang dan, (4) Pembangunan sarana pendidikan. Pada zaman Alp Arselan dan Malik Syah terdapat seorang wazir yang sangat tekenal, yaitu Nizham al-Muluk. Beliau adalah pemrakarsa berdirinya perguruan Nizhamiyah yang berpusat di Baghdad dan cabang-cabangnya di Balkh, Naisafur, Hirah, Isfahan, Basrah, Merv dan Mosul. Di perguruan ini muncul sejumlah ulama besar, di antaranya: Imam al-Haramayn al-Juwaini, Imam al-Ghazali, Imam Fakhr al-Razi (ahli ilmu tafsir), Zamakhsyari (ahli ilmu tafsir), Imam al-Qusayiri (ahli ilmu tasawuf).
e. Pemicu Perang Salib
Setelah berhasil menguasai Baghdad, dinasti Saljuk melakukan ekspansi hingga menguasai Asia Kecil (Turki) dan menguasai wilayah-wilayah sebelumnya yang dikuasai Bizantium. Perang terjadi antara pasukan Saljuk dengan pasukan Byzantium. Apabila ada orang Byzantium dan Eropa yang hendak beribadah ke Bait al-Maqdis di Yerussalem, hartanya dirampas oleh Saljuk. Oleh karena itu, orang Byzantium dan Eropa merasa tidak aman untuk melaksanakan ibadah ke Bait al-Mqadis di Yerussalem. Peristiwa ini mendorong raja Byzantium untuk bekerjasama dengan Eropa untuk menghancurkan Islam. Oleh karena itu, Paulus II mendeklerasikan perang suci yang kemudian dikenal dengan perang salib.
f. Kemunduran dan Akhir Dinasti Saljuk
Dinasti Saljuk dilanda konflik internal dan akhirnya wilayah kekuasaannya dibagi-bagi menjadi kesultanan-kesultanan yang dikendalikan oleh para atabek (para budak yang menjadi pembesar negara). Malik Syah meninggalkan sejumlah anak, yaitu Barkiyaruk, Muhammad, Sanjar, dan Mahmud. Ketika Barkiyaruk menjadi sultan, Sanjar seringkali berusaha merebut kekuasaan. Setelah Sanjar meninggal, Saljuk mmenjadi dinasti-dinasti kecil.
18
B. Dinasti-dinasti Kecil di Barat Baghdad
1.) Idrisi di Maroko (172 H/789 M)
Setelah Imam Ali bin Abi Thalib terbunuh, keturunan Ali r.a terus berjuang memperoleh kekuasaan. Diantaranya adalah pemberontakan yang dilakukan oleh Imam Husen Ibn Ali di Madinah pada zaman dinasti Umayah. Dalam perang tersebut, Imam Husen terbunuh di Karbala, dan salah seorang keluarganya, Idris Ibn Abdillah, melarikan diri ke Mesir dan bergabung dengan Ishaq Ibn „Abd al-Hamid (kepala suku Awraba). Kemudian Idris Ibn Abd Allah dibai‟at oleh suku Awraba di MMaroko sebagai pemimpin mereka, maka berdirilah dinasti Idrisi di Maroko. Muhammad Ibn Idris sukses memimpin masyarakat di Maroko sehingga memiliki tentara dan juga dapat melakukan ekspansi ke wilayah lain. Akan tetapi, keberhasilan Muhammad Ibn Idris membuat khalifah Harun al-Rasyid di Baghdad merasa khawatir. Oleh karena itu, khalifah Harun al-Rasyid mengutus seorang mata-mata yang bernama Sulaiman Jarir. Mata-mata ini kemudian berhasil membunuh Muhammad Ibn Idris pada tahun 175 H/791 M. Setelah berhasil membunuh Muhammad Ibn Idris, Harun al-Rasyid bersama suku Barbar lainnya mengangkat putra mahkota yang masih muda, Idris Ibn Idris, sebagai khalifah. Idris bin Idris dapat memimpin masyarakatnya dengan sukses hingga meninggal tahun 213 H/828 M. Idris bin Idris diganti oleh anaknya, Muhammad Ibn Idris bin Idris. Muhammad membagi kerajaan menjadi beberapa kawasan, dan disetiap kawasan diberikan kepada saudara-saudaranya untuk dipimpin. Akan tetapi, pembagian wilayah melahirkan perang saudara di kalangan Idris sehingga akhirnya mereka berhasil ditaklukan oleh dinasti Fatimiah.
2.) Dinasti Aghlabi di Tunis (184-296 H/800-908 M)
Dinasti ini didirikan oleh keturunan Ibrahim Ibn Aghlab Ibn Salim al-Tamimi. Ibrahim Ibn Aghlab Ibn Salim al-Tamimi diberi wewenang oleh Harun al-Rasyid untuk memimpin pemerintahan di Tunis. Pusat pemerintahannya terletak di Qairawan. Dinasti ini dipimpin oleh 11 amir, amir yang pertama adalah Ibrahim Ibn Aghlab (184 H/800 M), dan amir yang terakhir adalah Abu Madhar Ziyadatullah (296/900 M). Pemerintahan Aghlabi ditaklukan oleh dinasti Fatimiah pada tahun (296 H/908 M).
19
3.) Dinasti Thulun di Mesir (254-292 H/868-905 M)
Bakbak adalah seorang pemimpin militer yang berkebangsaan Turki yang diberi jabatan wali (setingkat gubernur) untuk kawasan Mesir oleh al-Mu‟taz (862-866 M) dari dinasti Bani Abbas. Bakbak kemudian memberikan jabatan tersebut kepada asistennya, Ahmad Ibn Thulun pada tahun 254 H/868 m. Di bawah kepemimpina Thulun, Mesir menjadi wilayah yang merdeka dari pemerintahan Abasiyah di Baghdad. Pada waktu itu, dibangun Mesjid Jami Ibn Thulun yang masih terpelihara sampai sekarang, dan Fusthath dijadikan pusat pemerintahan. Puncak dinasti Thuluniah di Mesir adalah pada zaman Khumariyah Ibn Ahmad Ibn Thulun (270-282 H/884-895 M). Setelah Khumariyah meninggal, terjadi konflik internal yang menghancurkan ekonomi dan militer Thuluniyah. Dalam situasi konflik internal Thuluniah, dinasti Abasiyah berhasil menundukan Dinasti Thulun.
4.) Dinasti Hamdani di Jazirah Arabia
Dinasti ini didirikan oleh Hamdan Ibn Hamdun Ibn al-Harits yang didirikan adalah pada akhir abad ketiga hijriah. Salah satu keturunan Hamdan adalah al-Husein Ibn Hamdan. Ia sangat terkenal karena kehebatannya dalam berperang, ia berperang melawan dinasti Qaramithah (Syi‟ah), dan ia juga pernah membantu Abd Allah Ibn Mu‟taz yang dibai‟at menjadi khalifah hanya dua hari (296 H) karena berhasil digulingkan oleh al-Muqtadir. Pada tahun 944, dinasti ini berhasil menaklukan Syuri‟ah dan bertahan sampai tahun 1003 M. Abu Hayja diangkat menjadi gubernur Mosul oleh al-Muktafi. Berdirinya dinasti Hamdani di Syuriah bersamaan dengan bangkitnya Byzantium di Macedonia. Oleh karena itu, sebagian besar waktunya digunakan untuk mempertahankan wilayah dari serangan Byzantium. Di bidang intelektual, pada zaman dinasti Hamdani muncul ulama dalam bidang ilmu nahwu, yaitu Abi al-Fath dan Usman Ibn Jinni. Sementara di bidang sastra terdapat ulama terkenal, yaitu Abu Thayyib al-Mutanabbi dan Abu al-Faraj, dan dalam bidang filsafat terdapat filosof ternama, yaitu al-Farabi.
20
5.) Dinasti Ikhsyidi (934-967 M)
Dinasti ini didirikan oleh Muhammad Ibn Thugi (Turki) setelah berakhirnya dinasti Thuun. Dinasti Fatimiah yang berpusat di Afrika Utara menyerang Mesir. Muhammad Ibn Thugi berhasil mempertahankan sungai Nil dari serangan Fatimiah tersebut. Sebagai imbalan atas keberhasilan tersebut, Khalifah al-Radhi (932-934 M) dari dinasti Bani Abbas mengangkatnya sebagai gubernur Mesir. Dinasti ini berkuasa antara tahun 934 sampai 941 M. Setelah dua tahun berkuasa di Mesir, dinasti ini berhasil menundukan Syiria, Palestina, Mekkah, dan Madinah. Setelah Ibn Thugi meninggal, penggantinya adalah Abu al-Qasim Ibn al-Ikhsyid (954-960 M), Abu al-Hasan Ali Ibn al-Ikhsyid (960-965 M), Abu al-Misk Kafur (965-967 M), dan Abu al-Fawaris Ahmad Ibn Ali (965-967 M). Pada zaman Ikhsyidi, di Mesir didirikan Syuq al-Wariigin, tempat melakukan pengkajian dan pengembangan intelektual. Pada fase ini tercatat nama besar di bidang intelektual, Muhammad Ibn al-Tamimi, Abu Ishaq al-Marwaji, Abu Amr Amr al-Hindi, dan al-Mutanabi. Disamping itu, mereka juga meninggalkan istana al-Mukhtar, taman Bustan al-Kafur, dan Maidan al-Ikhsyd (sebuah gelanggang).
6.) Muwahiddun
Muwahiddun berasal dari akar kata al-tawhid (esa). Dalam sejarah, Muwahidun adalah sebuah dinasti yang diawali oleh komunitas yang hendak mengesakan Allah, menentang faham antropomorfism atau mujassimat, serta menyeru kepada kebaikan dan mencegah munkar. Adalah Muhammad Ibn Tumart yang berasal dari suku Masmudah di pedalaman Afrika Utara (Maghrib), belajar di Madrasah Nizhamiyah (Baghdad) di bawah asuhan al-Ghazali. Dari Baghdad, ia menuju Mekkah untuk melakukan ibadah haji. Di sana, ia belajar tasawuf kepada beberapa syakh, sehingga ia sendiri menjadi seorang sufi.
21
C. Khalifah Abbasiyyah yang Menguasa Baghdad
Inilah beberapa khalifah dari Bani Abbasiyyah yang mengusai Baghdad:
*Abu‟l Abbas As-Saffah (750 – 754 M) * Al-Mansur (754 – 775 M) * Al-Mahdi (775 – 785 M) * Al-Hadi (785 – 786 M) * Harun Al-Rasyid (786 – 809 M) * Al-Amin (809 – 813 M) * Al-Ma‟mun (813 – 833 M) * Al-Mu‟tasim (833 – 842 M) * Al-Wathiq (842 – 847 M) * Al-Mutawakkil (847 – 861 M) * Al-Muntasir (861 – 862 M) * Al-Musta‟in (862 – 866 M) * Al-Mu‟tazz (866 – 869 M) * Al-Muhtadi (869 – 870 M) * Al-Mu‟tamid (870 – 892 M) * Al-Mu‟tadid (892 – 902 M) * Al-Muktafi (902 – 908 M) * Al-Muqtadir (908 – 932 M) * Al-Qahir (932 – 934 M) * Ar-Radi (934 – 940 M) * Al-Muttaqi (940 – 944 M) * Al-Mustakfi (944 – 946 M) * Al-Muti (946 – 974 M) * At-Ta‟i (974 – 991 M) * Al-Qadir (991 – 1031 M) * Al-Qa‟im (1031 – 1075 M) * Al-Muqtadi (1075 – 1094 M) * Al-Mustazhir (1094 – 1118 M) * Al-Mustarshid (1118 – 1135 M)
22
* Ar-Rashid (1135 – 1136 M) * Al-Muqtafi (1136 – 1160 M) * Al-Mustanjid (1160 – 1170 M) * Al-Mustadi (1170 – 1180 M) * An-Nasir (1180 – 1225 M) * Az-Zahir (1225 – 1226 M) * Al-Mustansir (1226 – 1242 M) * Al-Musta‟sim (1242 – 1258 M)
DAFTAR PUSTAKA
A.Syalabi, 2000, Sejarah dan Kebudayaan Islam III. Jakarta: Al-Husna Zikra
Abu Ayuhbah, M.M (1994). Kitab Hadits Shahih Yang Enam. Jakarta : Litera AntarNusa
Al-Mawardi, Abu Al-Hasan,Tt, Cendikiawan Muslim.[Online]. Tersedia:http://id.wikipedia.org [20 agustus 2009]
Amin, Husain Ahmad. 2000. Seratus Tokoh dalam Sejarah Islam. Bandung: Remaja Rosda Karya
Ash-Shiddieqy, T.M.H. (1971). Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Hukum Islam. Jakarta : Bulan Bintang.
Ash-Shiddieqy, T.M.H. (1993). Ilmu-Ilmu Alquran. Jakarta : Bulan Bintang.
As-Shobuni, M.A. (1985). At-Tibyan fi 'Ulumil Quran. Bairut : 'Alimul Kitab
El-Saha.M.Ishom ,2002, 55 Tokoh Muslim Terkemuka.Jakarta:Darrul Ilmi
Ishom, M. dan Hadi, Saiful. (2004). Profil Ilmuan Muslim Perintis Ilmu Pengetahuan Modern. Jakara: Fuzan Intan Kreasi.
Kamiluddin, U. (2006). Menyorot Ijtihad Persis. Bandung : Tafakkur.
Masur, Hasan. Khoiruddin,Abdul Wahhab. Addinul Islamy. Gontor Press: Ponorogo.
Mudzakir, A.S. (2004). Studi Ilmu-Ilmu Qur'an. Jakarta : Lintera Antar Nusa
Murtiningsih, W. (2008). Biografi Para Ilmuan Muslim. Yogyakarta: Insan Madani.
23
Musthofa, S.(1987).The science of islam. [Online]. Tersedia di http://www.ilmuilmuislam.com [20 Agustus 2009]
Osman, Latif. Ringkasan Sejarah Islam. Widjaya Jakarta. 2000: Jakarta
Syafi‟I Arkom. (2009). Blogs Ilmuan Muslim. [Online]. Tersedia: http://id.wordpress.com/tag/ilmuwan-muslim/. [ 09 November 2009].
Tim Penyusun Tarikh 'Gontor'. Tarikh Islam 1. Gontor Press. 2004: Ponorogo
Triatmojo. (2006). Sejarah Ibnu Sina. [Online]. Tersedia: http://triatmojo.wordpress.com/2006/10/06/ibnu-sina/. 2009.
www.alquran-indonesia.com. Download: Jumat/2 Oktober 2009

www.wikipedia.org. Download: Jumat/2 Oktober 2009

0 komentar:

Posting Komentar