Senin, 05 Mei 2014

Senin, Mei 05, 2014
A.    Pendahuluan
Bangsa Arab  adalah satu entitas yang berasal dari keturunan sam, putra tertua Nuh AS. Entitas lainnya adalah Romawi dan Persia. Mereka berdomisili di sekitar wilayah barat Benua Asia atau yang biasa dikenal dengan Semenanajung Arabia. Secara geografis, daerah yang menjadi tempat tinggal Bangsa Arab berbatasan masing-masing ;
·         Sebelah utara dengan Irak dan Suriah,
·         Sebelah selatan dengan Samudra Hindia,
·         Sebelah timur dengan Teluk Persia dan Laut Oman,
·         Sebelah barat berbatasan langsung dengan Laut Merah.
Semenanajung  Arabia sebagian besar terdiri dari gurun pasir dan stepa (padang rumput luas di gurun pasir). Sedikit sekali menyisakan wilayah yang layak ditinggali disekitar pinggirnya, serta daerah tersebut semuanya dikelilingi oleh laut. Akan tetapi meskipun diapit oleh laut, iklim disana sangatlah panas dengan suhu udara yang tinggi. Sedangkan orang- orang berdomisili disana dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang bertempat di bagian tengah yang berisikan gurun, bukit pasir serta beberapa pegunungan yang tidak tinggi sehingga mengakibatkan hujan tidak turun, oleh karenanya mereka berpindah-pindah (nomaden) ketempat dimana terdapat curah hujan yang baik, agar bisa menghidupi kehidupan mereka dan ternaknya. Dengan tipologi seperti ini orang arab tidak bisa mengembangkan kebudayaannya. Berbeda dengan mereka yang berdomisili di bagian pinggiran. Bagian ini merupakan bagian maritime karena itu penduduknya tidak nomaden, sehingga mereka bisa mengembangkan kebudanyaan melebihi masyarakat badui yang nomaden. Misalnya mereka dapat membangun kota dan kerajaan. Kerajaan yang besar diantaranya berada di Yaman dan Hijaz[1].  Selaian keterangan diatas  bahwa Jazirah arab dengan melihat daerahnya dapat terbagi menjadi lima, yaitu:
  • Hijaz, kotanya adalah Makkah, Madinah dan Thaif
  • Yaman, terletak di bagian selatan; diantaranya adalah San’a yang merupakan ibu kota Yaman zaman dahulu.
  • Najed, terletak di bagian tengah Jazirah Arab
  • Tihamah, terletak antara Hijaz dan Yaman
  • Yamamah, terletak antara Yaman dan Najed
Di wilayah Hijaz inilah Islam dilahirkan. Tumbuhnya Islam di Hijaz ini berbeda dengan negara lainnya di Semenaanjung Arabia, dengan artian bahwa di Hijaz dapat mempertahankan kemerdekaannya, tidak  dijajah  dan diduduki atau dipengaruhi oleh negara lainnya. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor:
·         Secara ekonomi, negara itu tergolong miskin, sehingga tidak adanya daya tarik bagi negara-negara lain untuk menjajahnya.
·         Sejak Ibrohim AS, masyarakat sepakat untuk menjaga dan memeliharanya dari ancaman luar
Melihat bahwa Hijaz merupakan daerah yang sangat berpengaruh terhadap tumbuhbuhnya Islam, memberikan kami berkesimpulan bahwa hadirnya agen perubahanlah yang menjadi faktor utama, yang tak lain lagi adalah Muhammad SAW. Oleh sebab beliau lahir di Hijaz tepatnya di kota Mekkah. Berbicara tentang mekkah ternyata penyebutannya banyak di tulis dalam Al-Qur’an ;
·         Mekkah[2]
Dalam ayat tersebut makkahu adalah menghancurkan dan mengurangi, karena nantinya akan mengurangi dosa-dosa dan membersihkan orang- orang yang dholim didalamnya.
·         Bakkah[3]
bakkahu memiliki arti menyobek, menjauhkan, membalas kekejaman, menghinakan dan merendahkan kesombongan orang yang sombong.
Terdapat  pendapat tentang maksud dari bakkah:
o   Tanah di mana ka’bah berada di dalamnya.
o   Semua daerah yang berada di baitullah, sedangkan mekah berada di belakangnya.
o   Masjidil haram dan baitullah.
·         Ummul qura[4]
Terdapat beberapa alasan kenapa mekkah mendapat nama tersebut ;
o   Mekkah merupakan kota terlama
o   Merupakan kiblat semua manusia
o   Merupakan kota yang sangat agung.
Selain nama-nama di atas tentunya masih banyak lagi istilah-istilah yang berbeda, yang tercantum dalam Al-Qur’an[5]. Penyebutan kota Mekkah dalam Al-Qur’an ini pula yang membuat  kota tersebut menjadi pusat perdagangan internasional walaupun menurut ahli sejarah menuturkan bahwa faktor yang menjadikan Mekkah bukan karena hal tersebut[6], akan tetapi bagi kami justru karena penyebutan itulah yang menjadikan faktor utamanya.
B.     Adat Istiadat Jahiliah
Masyarakat Arab sebelum termasuki oleh Islamisme, mereka terkenal dengan sebutan arab jahiliah. Jahiliah sendiri merupakan suatu sifat yang diberikan bagi kaum yang tidak mengetahui akan Tuhan, Rosul dan syariat-syariat-Nya[7]. Akan tetapi terdapat versi lain yang mengatakan bahwa jahiliah adalah mereka yang tidak memiliki peradaban, norma, bodoh tidak mengenal akan aksara[8] akan tetapi dari pengertian tersebut  jangan membuat kita berkesimpulan bahwa disaat itu mereka sama sekali tidak mengenal menulis dan membaca. Karena diketahui bahwa sebagian sahabat sebelum masuk Islam mereka sudah bisa membaca dan menulis, walaupun praktek kegiatan tersebut belumlah menjadi tradisi, tidak dinilai sebagai sesuatu yang penting tidak juga menjadi tolak ukur bagi mereka yang pandai atau cendekiawan. Bahkan mereka terkenal akan kehebatannya dalam bidang syair, syair-syair tersebut di perlombakan di pasar seni Ukaz, Majinnah,dan Zu Majaz. Kemudian dari syair yang unggul akan di gantung di ka’bah. Istilah penggantungan syair tersebut terkenal dengan al-mu’allaq al-sab’ah. Melalui tradisi- tradisi tersebut diketahui bahwa peristiwa-peristiwa besar dan penting secara faktual ikut memberi pengaruh pada dan mengarahkan perjalanan sejarah mereka. Nilai-nilai yang menyertai peristiwa-peristiwa penting itu mereka abadikan dengan berbagai cara, seperti diapresiasikan dalam sebuah kisah, dongeng, nasab, nyanyian, syair, dan sebagainya. Seorang pujangga Arab Syiria, Jarji Zaidan, membagi masa jahiliyah kepada dua masa yakni:
  1. Arab jahiliyyah pertama (al-arabul jahilliyatul ula) yaitu zaman sebelum sejarah sampai abad lima masehi.
  2. Arab jahiliyah kedua (al-arabul jahiliyatus tsaniyah) yaitu dari abad kelima masehi sampai lahir Islam.
Kalau kita perhatikan kembali, orang-orang Arab dalam kedua zaman tersebut tidak semuanya bodoh. Seorang ahli sejarah Islam terkenal Ahmad Amin mendefinisikan kata-kata “Arab Jahiliyah” yaitu orang-orang Arab sebelum Islam yang membangkang kepada kebenaran, mereka terus melawan kebenaran, sekalipun mereka telah mengetahui bahwa itu benar[9].
Lanyaknya suatu perkembangan kebudayaan suatu bangsa yang dipengerahui oleh adat kebiasaan, adat kebiasaan yang memiliki nilai positif dan negative maka corak perkembangan islam di masa Arab Jahiliah juga seperti itu, karena dari karakteristik mereka yang bersifat positif itulah yang menjadikan penunjang perkembangan Islam dan pendorong perkembangan masyarakat Arab. Walaupun tidak bisa di pungkiri lagi bahwa dalam proses perkembangannya terdapat penghambat-penghambat yang ditimbulkan oleh sifat- sifat negative mereka, hal tersebaut dikarenakan kehidupan mereka yang sangat getir dan keras di gurun pasir, bentuk- bentuk sifat negative yang mereka miliki pada saat itu antara lain;
·         Memanadang rendah derajat seorang wanita dan Membunuh bayi-bayi perempuan[10]
Terjadinya peperangan antar kabilah / suku sudah menjadi hal yang biasa pada waktu itu. masing-masing kabilah lengkap dengan fanatisme primodial[11] yang sudah mengakar kuat didalam jiwa para anggota. Mereka saling berlomba-lomba untuk menunjukan mana yang lebih unggul disaat mengalahkan kabilah-kabilah yang lain. Oleh karenanya, ketika mereka memiliki bayi perempuan maka mereka akan berkeyakinan bahwa itu merupakan aib yang akan merugikan kabilahnya, karena bayi tersebut kelak tidak mampu untuk ikut serta dalam peperangan. Konsekuensinya bayi-bayi tersebut dibunuh dengan berbagai cara salah satunya dengan mengubur secara hidup-hidup. Bahkan terdapat kabilah yang melegitimasi tindakan nista tersebut.
·         Suka minum khomr yang memabukan, Suka mencuri, berjudi, merampok dan menghalalkan segala cara demi terwujudnya sebuah keinginan
Di masa itu mereka tidak memiliki system dan norma yang ketat, yang bisa mengatur kehidupan social baik antar individu maupun kelompok. Kalaupun ada, maka perundang- undangan yang digunakan masih sebatas adat istiadat yang mereka ambil dari pengalaman, serta pengaruh keyakinan yahudi. Selain itu tidak adanya hukuman bagi mereka yang melanggar, mereka hanya terkena cacian atau sikap acuh yang berlangsung hanya beberapa hari. Oleh sebabnya mereka melakukan tindakan asusila seperti minum khomr, zina, perampokan dan pencurian.
Dari keyakinan  bahwa sebuah pengundian akan mendatangkan keuntungan atau dapat merubah nasib mereka, maka mereka juga memiliki kebiasaan mengundi nasib dalam pengambilan keputusan, bahkan di mata mereka praktek perjudian memiliki nilai prestisius yang membangakan . mereka yang melakukan kegiatan tersebut dianggap elit atau borjuis[12]. Praktek-praktek ini biasanya dilaksanakan secara kolosal[13], terutama ketika terjadi musim kemarau  yang berkepanjangan atau musim paceklik melanda[14].
·         Menyembah berhala
·         Suka berperang, walaupun penyebabnya adalah perkara yang sepele.
Mereka memiliki corak hidup berdasarkan kesukuan , yaitu satu kelompok yang terdiri dari beberapa keluaraga yang kemudian membentuk suku atau kabilah. Mungkin yang paling mencolok dari kabilah- kabilah tersebut adalah sifat kesetiaan serta solidaritas yang tinggi yang dimiliki mereka. Karena sifat tersebutlah yang menjadi sumber utama kekuatan bagi setiap kabilah, dengan contoh apabila salah satu anggota mereka tersakiti tidak peduli apakah itu benar ataupun salah semua keluarga mereka akan bergotong-royong / membela mati-matian kabilah tersebut, karena mereka berkeyakinan bahwa harga diri kelompok  atau suku merupakan hal paling prinsipil yang harus dipertahankan.
C.    keyakinan Jahiliah
Sebelum Islam datang ke Negeri Arab, orang arab sebenarnya sudah menyakini akan keesaan Allah sebagai Tuhan, merupakan sebuah kepercayaan yang diwariskan oleh Ibrahim AS dan Ismail AS. Kepercayaan tersebut terknal dengan agama Hanif[15], hal tersebut sesuai dengan Al-Qur’an. Berkaitan dengan ayat yang terdapat dalam al-qur’an, didalamnya menjelaskan bahwa mereka sebernanya menyakini akan keesaan Allah swt, sebagai pencipta pengatur dan pemelihara alam semesta, jika ditanayakan kepada mereka mengapa masih meyembah patung-patung berhala? maka  mereka akan menjawab bahwa penyembahan tersebut dilakukan guna untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Disamping itu mereka juga masih menyampurnya dengan paham animisme dan dinamisme. Agama yang meyimpang ini diistilahkan dengan agama Watsaniyah. Meskipun demikian masih juga terdapat orang arab yang tidak terpengaruh dengan agama tersebut, mereka adalah orang-orang yang menganut agama Yahudi dan Nasrani. Intinya mereka sebenarnya tidak meninggalkan agama Hanif hanya saja mencampurinya dengan agama Watsaniyah, contohnya mereka masih memuliakan kabah, akan tetapi cara mereka mengelilingi kabah dengan telanjang. Selain itu ketika mereka hendak melaksanakan tawaf terlebih dahulu mencium berhala yang terletak disekitar ka’bah dan mengakhiri thawaf juga dengan melakukan hal yang sama.
Agama Watsaniyah ini mengadakan peyembahan kepada anshāb[16],ashnām[17], dan watsan[18]. Setiap kabilah memiliki patung yang yang dihormati. Konon patung-patung tersebut disimpan didalam rumah guna untuk disimpan dan disembah pada waktu-waktu tertentu. Disamping itu bentuk penjualan patungpun kemudian menjadi lahan bisnis yang menjajikan, karena banyaknya keuntungan yang dapat dihasilkan dari penjualan tersebut. Tingginya prosentaze omzet dari bisnis ini menjadikan alasan kuat mengapa mereka tidak mau atau menolak akan ajaran Islam, mereka berkeyakinan apabila akan menyembah hanya kepada Allah SWT maka akan menutup peluang untuk mendapatkan keuntungan yang besar.
Selain kepercayaan terhadap patung-patung sembahan, sebagian bangsa arab juga terdapat yang beragama Yahudi dan Nasrani. Agama Yahudi masuk ke Jazirah Arab jauh sebelum Islam masuk. Agama ini telah berhasil mengembangakan kebudayaannya di berbagai wilayah terutama Yatsrib dengan bentuk kebudayaan baru yang bercorak Yahudi. Terdapat berbagai pendapat yang menyikapi tentang adanya agama Yahudi tersebut. Apakah agama itu memang sudah ada di Jazirah Arab dan dipeluk oleh bangsa arab langsung ataukah mereka yang memeluk memang benar-benar orang Yahudi ? dan apabila mereka benar-benar orang Yahudi dari manakah mereka berasal apakah dari Palestina atau dari Negara yang lain?. Menurut Yāqut penulis buku al-aghanni menuturkan bahwa penyebaran agama Yahudi di Jazirah Arab berawal dari penyerangan yang dilakukan oleh Bangsa Ramawi terhadap bani israil yang terdapat di Syam. Setelah mereka berhasil mengalahkan Bani Israil, mereka menindas, membunuh,serta menikahi gadis-gasisnya. Sehingga sebagian kabilah sepeti Bani Nadlīr, Bani Quraidhah, dan Bani Bahdal merasa tidak betah tinggal di Syam, oleh karenanya mereka pindah ke Hijaz. Dengan demikian merekalah penyebar ajaran Yahudi pertama di Jazirah Arab.
Agama Nasrani yang berkembang di Jazirah Arab terbagi dalam tiga aliran, dari tiga aliran tersebut dua diantaranya memiliki pengikut dalam jumlah besar, yaitu Nasāthirah dan Ya’āqibah. Aliran Ya’āqibah berkembang pesat di daerah Ghassān dan sebagian kabilah-kabilah di Negeri Syam. Sedangkan Nasāthirah banyak berkembang di Hairah. Dari banyaknya daerah-daerah di sepanjang Jazirah Arab di daerah Najrān-lah yang dianggap paling terpengaruh serta disana juga dijadikan pusat penyebaran agama Nasrani. Di tengah-tengah kota terseut terdapat bangunan yang mirip dengan ka’bah yang diistilahkan dengan Ka’bah Najrān atau Bai’ah. Sebelum Nasrani masuk ke Jazirah Arab, ka’bah ini dijadikan temapat ritual haji. Hingga ketika agama Nasrani menguasai daerah ini bangunan itu dijadikan sebagai pusat pengembangan ajaran Nasrani.
D.    Kaum Quraisy
Tidak bisa dipungkiri bahwa kaum Quraish juga merupakan faktor penting terhadap berkembangnya Islam, dikarenakan agen perubahan Muhammad SAW termasuk keturunan Quraish. Semuanya dapat diketahui melalui sejarah kelahiran beliau (sejarah nenek monyang Muhammad SAW). Ketika Ibrahim AS membawa istrinya-Hajar-dan putranya –Imail AS-ke Mekkah dan ditinggal, ibu dan anak itu menetap di Mekkah bersama dengan kabilah Jurhum dan Bani Qahthan. Dari kabilah inilah Ismail AS belajar bahasa arab. Disana pula Ismail AS menikah dengan salah satu putri dari kabilah jurhum. Pernikahan ismail sebenarnya berlangsung dua kali. Pernikahan pertama gagal karena atas perintah ayahnya, kemudian dilanjutkan pernikahan yang ke dua dan dikaruniai 12 anak. Dari merekalah lahir bani Ismailiyah yang kemudian melahirkan ‘Adnaniyin (keturunan ‘Adnan, leluhur Muhammad SAW) dan melahirkan suku Quraisy (keturunan Fihr Al-Quraisy, kakaek Muhammad SAW ke-12).
Klan (bani) Ismailiyah ini merupakam klan yang berkuasa di Mekkah pada waktu itu, kekuasaan tersebut berlangsung secara turun menurun. Akan tetapi ketika bendungan ma’rib pecah, beberapa suku dan kabilah yang berada di Arabia selatan banyak yang meninggalkan Mekkah. Pada  kesampatan  inilah  kabilah Khuza’ah[19] memanfaatkannya, guna untuk menggeser kekuasan yang turun menurun.
Dua abad sebelum Islam atau bertepatan dengan dengan abad ke-5 sorang suku Quraisy  yang bernama Qushai[20] berhasil merebut kekuasaan yang telah hilang berabad-abad. Dengan kembalinya kekuasaan Mekkah ditangan Quraisy, segala macam urusan baik dibidang agama ataupun pemerintahan ditangani oleh Qushai sebagai pemimpin suku Quraisy.  Kepimimpinan yang diambil memberikan dampak yang sangat bagi kota Mekkah, salah satunya terkenalnya mereka sebagai pedagang ulung yang menguasai jalur perniagaan ke seluruh penjuru Hijaz dengan Mesir, Yaman, Siria, Irak dan Persia, dan menguasai perdagangan lokal[21]. Kepemimpinannya juga mendapatkan pengakuan dari kabilah-kabilah lain yang berada di Arabia selatan, dengan berbagai alasan yang cukup realitas bahwa yang berhak menduduki pemerintahan dan yang memegang kunci ka’bah adalah mereka yang bersal dari keturunan Ismail AS.  Dari keturunan-keturunan Qushai inilah terlahir Ahmad atau Muhammad SAW, nabi serta rosul terakhir yang telah tertulis di dalam Injil dan Taurat. Akan tetapi karena Beliau keturunan Bani Hasyim, suku yang kurang berpengaruh di Mekah, sehingga banyak hambatan-hambatan yang Beliau terima selama mengembangkan Islam di Mekah. Ada beberapa faktor mengapa kaum kafir Quraisy menentang dakwah Muhammad SAW, antara lain:

  • Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan. Mereka mengira bahwa tunduk kepada seruan Muhammad berarti tunduk kepada kepemimpinan Bani Abdul Muthalib. Yang terakhir ini sangat tidak mereka inginkan.
·         Muhammad menyerukan persamaan hak antara bangsawan dan hamba sahaya. Hal ini tidak disetujui oleh kelas bangsawan Quraisy.
  • Para pemimpin Quraisy tidak dapat menerima ajaran tentang kebangkitan kembali dan pembalasan di akhirat.
  • Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang berurat berakar pada bangsa Arab.
  • Pemahat dan penjual patung memandang Islam sebagai penghalang rezeki.

E.     Penutup

Dari keterangan diatas kami meyimpulkan bahwa agama Hanif, Arab dan Quraisy masing-masing memiliki peranan yang tidak dapat dipisahkan dalam pembentukan sejarah  Islam. Ketiganya merupakan kesatuan yang membentuk sejarah peradaban Islam.
Islam memberikan dasar-dasar terbentuknya tatanan kemasyarakatan yang merupakan salah satu pilar terbentuknya. Islam juga memberikan petunjuk dalam bermasyarakat dan bernegara. Islam juga mengubah cara pandang masyarakat Arab terhadap Tuhan,yang awalnya mereka yakin akan Ada-Nya akan tetapi di campur dengan paham-paham lain seperti dinamisme dan animism, atau masih adanya praktek peyembahan kepada berhala sebagai perwujudan Tuhan, yang akhirnya dikenalkan dengan ajaran tauhid.
Arab dengan karakteristik wilayah dan masyarakatnya memberikan kontribusi yang tidak sedikit dalam pembentukan sejarah peradaban Islam. Meskipun awalnya dikenal sebagai bangsa jahiliyah namun akhirnya mampu memberikan konstribusi yang luar biasa atas berkembangnya peradaban Islam.





Daftar Pustaka

Syaefudin Machfud, dkk, Dinamika Peradaban Islam, (Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2013).
Tim Karya Ilmiah Purnasiswa MHM Lirboyo 2006, Sejarah Tasyri’ Islam, (Kediri: KDT, 2006).
Al-Baijuri Ibrahim, Syarhul Matni Abi Syuja’, (Surabaya: haramain, tt)
Tim Saluran Teologi Purna Siswa 2005 Lirboyo, Akidah Kaum Sarungan, refleksi Mengais Kebeningan Tauhid (Kediri : 2005).
Ismail Faisal, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Yogyakarta: CV. Bina Usaha, 1984)
Al-Mahali Jalaluddin dan Al-Suyuti Jalaluddin, Tafsir Jalalain, (Surabaya: haramain, tt).
Abdul Ghani Muhammad Ilyas dan Al-Badr Abdul Muhsin, Keutmaan Sejarah Kota Mekkah dan Madinah, (Surabaya : akbar : 2005).
Haikal Husain, Sejarah Hidup Muhammad, (Ebook : Pustaka Online , 2008)



[1] Kerajaan ini  apabila melihat sifat dan bentuknya  maka ada dua macam, yaitu Kerajaan yang berdaulat, tetapi tunduk kepada kerajaan lain (mendapat otonomi dalam negeri). Dan Kerajaan tidak berdaulat, tetapi mempunyai kemerdekaan penuh, ini lebih tepat disebut Induk Suku dengan kepala sukunya. Ia memiliki apa yang dimiliki oleh kerajaan-kerajaan yang sebenarnya.

[2]  QS. Al-Fath : 24
[3] QS. Ali Imron : 96
[4] QS. Al-An’aam : 92 dan QS. Al-Syuraa : 7
[5] Muhammad Ilyas Abdul Ghani dan Abdul Muhsin Al-Badr, Keutmaan Sejarah Kota Mekkah dan Madinah, (Surabaya : akbar : 2005), 10-15.
[6] Posisinya yang strategis yaitu menghubungkan antara utara : Syam, selatan : Yaman, barat : Mesir dan Abbesenia, timur : Persia. Disamping itu juga karena kejelian Hasyim yang tak lain adalah kakek Muhammad SAW.
[7] Al-Syaikh Ibrohim Al-Baijuri, Hasyiah Al-‘Alāmah Al-Fadhil, (Surabaya : tt), juz : 2
[8] M. Mansur Syarifuddin, dkk, Dinamika Peradaban Islam (Yogyakarta : 2013).
[9] Ismail Faisal, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Yogyakarta: CV. Bina Usaha, 1984),35.
[10] Dilakukan sudah sejak nenek monyang karena mereka takut akan mendatangkan aib bagi keluarga dan takut kelaparan.
[11] Kesetiaan serta solidaritas social terhadap masing-masing kabilah
[12] Masyarakat dari kalangan atas.
[13] Kegiatan yang dilakukan secara besar-besaran.
[14] Tim Saluran Teologi Purna Siswa 2005 Lirboyo, Akidah Kaum Sarungan, refleksi Mengais Kebeningan Tauhid (Kediri : 2005), 25-29.
[15] Agama yang lurus
[16] Berhala tanpa bentuk yang terbuat dari batu karang
[17] Berhala dengan bentuk manusia yang terbuat dari logam ataupun kayu.
[18] Hampir sama dengan ashnām, hanya saja terbuat dari batu
[19] Dipimpin oleh Al-Harits Ibnu Amir
[20] Kakek nabi yang ke-5
[21] karena peran Ka’bah sebagai pusat pertemuan kabilah-kabilah Arab.

0 komentar:

Posting Komentar